Ingat, Anak Wajib Vaksin Difteri Tiga Kali

Pekerja menunjukkan vaksin yang mengandung komponen difteri sebelum didistribusikan, di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).
Sumber :
  • ANTARA/M Agung Rajasa

VIVA – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila F. Moeloek meminta agar masyarakat tidak panik menghadapi penyakit difteri. Ia mengatakan, pihaknya telah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi kejadian luar biasa (KLB) ini dengan menggandeng sejumlah instansi menyosialisasikan tindakan Outbreak Response Immunization atau ORI.

Miris, Lebih 200 Kota di Indonesia Risiko Tinggi Penularan Polio

"Kami dibantu oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk sosialisasi agar masyarakat bisa lebih mengerti dan tidak panik," kata Nila usai menghadiri rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta, Selasa ,19 Desember 2017.

Dengan dilakukannya ORI, Nila mengatakan, pemberian vaksin diperluas mulai sejak anak usia 0-19 tahun. Cara ini dilakukan untuk mencegah virus difteri tidak makin meluas di masyarakat.

Seorang Anak yang Diduga Terserang Difteri di Lampung Barat Meninggal setelah Dirawat

"Diingatkan ya, harus tiga kali (imunisasi). Tolong disosialisasi. (Setelah imunisasi pertama) lanjut satu bulan kemudian dan enam bulan kemudian. Jadi nol, satu, enam," kata dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Muhammad Subuh, mengatakan bahwa tindakan penanganan ORI tak perlu menunggu turun tangan pemerintah pusat.

Kabupaten Garut KLB Difteri, Ini Tanda Gejala dan Cara Pencegahannya

Saat ini, imunisasi secara berkala dapat dilakukan di tiap wilayah mulai dari provinsi hingga kabupaten/kota. Ia meyakini, ketersediaan vaksin di seluruh daerah bisa diberikan pada warga yang ingin melakukan imunisasi.

"Artinya stok yang ada di provinsi itu adalah tiga bulan plus cadangannya satu bulan. Berarti stok adanya empat bulan. Yang ada di kabupaten, satu tambah satu. Satu bulan dipakai, satu bulan cadangan, berarti dua bulan. Yang ada di puskesmas satu bulan dipakai, satu minggu cadangan," kata dia.

Ilustrasi bayi/anak/parenting.

Deret Penyakit Berbahaya bagi Bayi, IDAI: Difteri Itu Mematikan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) soroti angka kematian bayi dan anak yang kondisinya masih terus meresahkan. Kasus kematian tercatat paling tinggi terjadi pada bayi.

img_title
VIVA.co.id
16 Agustus 2023