- Dokumentasi tvOne
VIVA – Daging kambing di masyarakt punya anggapan dan reputasi buruk. Banyak yang meyakini, konsumsi daging kambing bisa menyebabkan darah tinggi, pusing, hingga kolesterol tinggi. Benarkah demikian?
Lewat program acara AYO HIDUP SEHAT di tvOne, Rabu 10 Januari 2018, Spesialis Gizi Klinik, Dr med. dr. Maya Surjadjaja, MS, SpGK menjelaskan mitos dan fakta seputar daging kambing.
Daging kambing pun diyakininya, bukanlah penyebab darah tinggi. Ia pun menganggap mitos yang berkembang di masyarakat menyesatkan.
"Ada penelitian tahun 2014, meskipun penelitianya di Jepang dan diuji pada tikus, mitos daging kambing menyebabkan darah tinggi tidak terbukti," katanya.
Ini diyakini, setelah tikus diberi makan gading kambing, dan hasilnya, mereka tidak mengalami darah tinggi.
Tak hanya itu mitos yang beredar. Banyak pula yang meyakini, daging kambing sumber lemak dan kolesterol jahat.
"Ini adalah mitos, kolesterolnya ada tapi enggak lebih dari daging sapi. Jadi daging kambing tidak lebih jahat dari daging sapi." katanya meyakinkan.
Namun, perlu pula diperhatikan, daging kambing bisa menjadi lemak jahat, tergantung cara pengolahannya.
"Lemak jenuh tergantung dari cara pengolahannya, jadi jangan terlalu matang atau over cooked. Takaran makan juga 100 gram saja cukup, kira-kira kalau sate 15 tusuk. Tanpa nasi, dan tanpa lontong," terangnya.
Perlu diketahui pula, kandungan daging kambing tidak jauh berbeda dengan daging sapi. Namun, lemak daging kambing justru lebih dikit daripada sapi.
"Jadi daging kambing tidak sejahat yang kita kira."