Konsumsi Junk Food Sama Bahayanya dengan Penyakit Mematikan

Ilustrasi junk food
Sumber :
  • Pixabay/jimmyxrose

VIVA – Bukan rahasia umum, junk food merupakan salah satu makanan cepat saji yang membawa dampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi terus menerus. Namun siapa menduga jika konsumsi burger dan kentang goreng bisa sama berbahayanya dengan mendapatkan penyakit yang bisa merenggut nyawa.

7 Fakta Junk Food yang Jarang Diketahui dan Dampaknya Bagi Kesehatan

Sebuah penelitian yang melibatkan para ilmuwan di University of Bonn menemukan bahwa junk food bisa mengakibatkan sistem imun rusak seperti terkena serangan penyakit serius.

Mengonsumsi makanan cepat saji bisa membuat sel imun menjadi lebih agresif seiring waktu, sehingga meningkatkan risiko mengidap penyakit parah. Efek ini pun bisa terendap lama, bahkan setelah Anda mengganti pola makan yang lebih sehat seperti makan buah dan sayuran.

Kanker Intai Organ Kewanitaan Jika Gemar Konsumsi Makanan Populer Ini

Para peneliti mengatakan bahwa temuan ini bisa menjadi membuka tabir kaitan antara makanan cepat saji dan pengerasan pembuluh darah, karena endapan khas sebagian besar terdiri dari lipid dan sel imun.

"Baru-baru ini saja ditemukan bahwa sistem imun di dalam memiliki sebentuk memori," ujar peneliti Eicke Latz seperti dikutip laman Daily Mail.

A Study Reveals Unhealthy Food that Actually Good for the Body

Latz melanjutkan, setelah terjadi infeksi, pertahanan tubuh akan tetap pada kondisi seperti siaga, sehingga mereka bisa merespons lebih cepat pada serangan baru.

Makanan cepat saji, biasanya tinggi lemak, gula, dan sodium. Semuanya sering dikaitkan dengan banyak efek kesehatan yang merusak, termasuk peningkatan risiko diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker usus besar.

Faktanya, sebuah studi di tahun 2014 menemukan bahwa pola makan yang buruk bisa melemahkan sistem imun. Studi ini juga mengungkapkan bahwa mengonsumsi 200 gram gula bisa membatasi kemampuan sel darah putih untuk menghancurkan mikroorganisme berbahaya.

Untuk studi terbaru ini, para peneliti melakukan eksperimen tikus dan manusia. Mereka membuat tikus menjalani pola makan 'gaya barat' yang padat lemak dan gula, tapi rendah serat. Para peneliti kemudian menemukan bahwa tikus mengalami respons peradangan kuat di tubuh mereka.

Salah seorang petugas laboratorium, Dr Anette Christ menjelaskan, pola makan tidak sehat memicu peningkatan jumlah sel imun tertentu di dalam darah tikus, khususnya granulosit dan monosit. Dan ini merupakan indikasi adanya keterlibatan nenek moyang sel imun di dalam sumsum tulang.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di Cell ini mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pola makan Barat mengaktivasi gen tertentu yang bertanggung jawab pada proliferasi dan pematangan.

Pada beberapa subjek manusia, para peneliti melihat bukti genetik dari keterlibatan inflammasomes, zat kimia yang mengenali agen dan senyawa berbahaya lainnya dan melepaskan pengirim pesan peradangan tinggi.

Berdasarkan temuan ini, para peneliti menyimpulkan kalau junk food menyebabkan perubahan DNA.

"Inflammasome memicu perubahan epigenetik. Sebagai konsekuensinya, sistem imun bereaksi pada stimuli kecil dengan respons peradangan yang lebih kuat," ujar Latz.

Respons peradangan ini menyebabkan sel imun yang baru diaktivasi bermigrasi ke dinding pembuluh darah yang diubah. Ketika dinding pembuluh darah ini menjadi terlalu besar, mereka bisa pecah, sehingga menyebabkan penyumbatan dan peningkatan risiko serangan jantung atau stroke.

Latz mengatakan dasar dari pola makan sehat harus menjadi bagian edukasi yang lebih menonjol sehingga masyarakat, khususnya anak-anak, bisa membuat keputusan secara sadar mengenai kebiasaan makan sehari-hari mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya