Cerita Jeffry dan Ruth Sahanaya tentang Kuliner Ekstrem Manado

Ruth Sahanaya.
Sumber :
  • Instagram.com/mamauthe

VIVA – Manado, Sulawesi Utara menjadi salah satu destinasi yang populer di kalangan wisatawan asing dan domestik. Hal ini lantaran Manado menawarkan paket wisata yang lengkap, mulai dari wisata bawah laut Bunaken, alam pegunungan Lokon, hingga Bukit Doa. Tidak hanya wisatanya saja yang menarik, kuliner di Manado pun juga terkenal nikmat.

Perdana Main Film, Ruth Sahanaya Langsung Ketagihan

Hal itu juga yang diakui oleh diva Tanah Air, Ruth Sahanaya. Salah satu makanan favoritnya ketika mengunjungi kampung halaman sang suami, Jeffry Woworuntu adalah pisang geroho.

"Kuliner di Manado itu enak-enak. Salah satu yang saya suka itu pisang geroho yang cuma ada dan tumbuh di Manado," kata dia kepada VIVA saat ditemui belum lama ini.

Ruth Sahanaya Debut Main Film Layar Lebar Lewat Glenn Fredly the Movie

Dia pun menjelaskan bahwa pisang geroho itu sendiri diolah dengan cara dipotong tipis-tipis dan kemudian digoreng tanpa mengguanakan tepung, dan disantap dengan menggunakan sambal roa, yang merupakan sambal khas dari Manado.

"Itu pisang muda enggak ada rasanya, dimakan pakai sambal roa. Itu enak sekali," jelas dia.

Ruth Sahanaya dan Harvey Malaihollo akan Tampil Sepanggung di Malam Tahun Baru 2024

Bukan hanya enak, dia menjelaskan bahwa pisang goroho juga memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan, seperti untuk penyakit gula dan penyakit jantung. Di sisi lain, dia mengaku tidak berani untuk mencoba makanan ekstrem yang ada di Manado.

"Aku enggak, kalau suami aku pernah makan kelelawar. Sebenarnya kelelawar itu bersih karena kan makan buah," kata dia.

Sang suami, Jeffry pun menceritakan pengalamannya saat menyantap kelelawar, salah satu makanan ekstrem yang populer dari Manado.

"Rasanya manis, kalau teksturnya keras ya mirip seperti daging sapi," kata Jeffry.

Untuk olahan kelelawar sendiri dia menyebut biasanya diolah dengan dibakar dan diberi bumbu paniki.

"Diolahnya dibakar baru diolah dengan bumbu paniki. Itu awalnya dibuat untuk kelelawar dan kemudian dieksplor jadi ayam paniki. Sebetulnya paniki khusus bumbu kelelawar," kata Papa Jeff, sapaan Jeffry.

Untuk kuliner ekstrem lainnya, seperti ular, tikus hingga anjing, dirinya mengaku tidak mau mencobanya.

"Kalau babi sudah biasa. Kalau guguk, ular, tikus enggak," kata dia sambil menggelengkan kepala.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya