Terimbas Pandemi, Tiga Entrepreneur Berhasil Raup Omzet Jutaan Rupiah

Usaha kuliner
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Lifestyle – "Kerja keras memang tidak pernah membohongi hasil". Ungkapan ini berhasil dibuktikan oleh tiga entrepreneur muda yang meraup omzet hingga ratusan juta rupiah dari usaha jajanan kekinian. 

UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi Pemudik di Pekalongan

Mereka adalah Reynaldi Januar Wanter, M Syamsi Al Farizan, dan M Dinda Mahardika. Ketiganya memutuskan terjun ke usaha kuliner usai pandemi COVID-19 merenggut pekerjaan utama mereka.

Konsep yang diusung pun terbilang menarik dan tidak hanya sekadar mengejar cuan atau mengikuti tren belaka. Ada visi dan misi yang kuat dibalik usaha kuliner mereka. 

Fakta-fakta Menarik tentang Pakistan, Negara dengan Jumlah Muslim Terbesar di Dunia

Reynaldi dkk ingin semua masyarakat Indonesia dapat menikmati kuliner lezat dan berkualitas dengan harga terjangkau. Di samping itu, mereka juga tergerak untuk memajukan umkm lokal, termasuk para petani dan peternak yang menjadi mitra utama mereka saat ini.  

Berawal dari visi dan misi itulah akhirnya berdiri GabbaGabba, sebuah jajanan kekinan berkonsep ayam goreng tanpa tulang. Meski baru beroperasi kurang lebih satu tahun, GabbaGabba sudah berhasil meraup omzet ratusan juta rupiah, mejeng di salah satu YouTube selebriti ternama Indonesia, hingga akhirnya meluncurkan franchise

Membanggakan! 5 Makanan dan Minuman Indonesia Sukses Pikat Hati UNESCO, Terbaru Ada Jamu

Berawal dari visi dan misi itulah akhirnya berdiri GabbaGabba, sebuah jajanan kekinian yang tidak hanya menawarkan camilan tetapi juga membawa kesenangan bagi para konsumen.

Meski baru beroperasi kurang lebih satu tahun, GabbaGabba sudah berhasil meraup omzet ratusan juta rupiah, mejeng di salah satu YouTube selebriti ternama Indonesia, hingga akhirnya meluncurkan franchise.

Awal mula terbentuk GabbaGabba
 

Ide membuka usaha kuliner datang dari Reynaldi Januar. Pada pertengahan tahun 2021 lalu, Reynaldi terpaksa banting setir usai dirumahkan oleh perusahaan tempat ia bekerja, buntut dari pandemi COVID-19.
 
Berbekal pengalaman bekerja di perusahaan-perusahaan f&b dan modal Rp5 juta dari sisa gaji, Reynaldi mulai meracik resep ayam goreng yang sekiranya dapat diterima masyarakat luas.
 
"Kenapa ayam goreng? Awalnya saya pikir marketnya bakal luas dan tak terbatas, umur dan gender juga. Dari balita sampai orang tua semuanya bisa makan. Hanya saja produk ayam goreng tepung di Indonesia itu kadang kurang praktis untuk dimakan," ujar sang founder.
 
Dari segi harga lanjut Reynaldi, ia ingin membuat produk berkualitas namun juga dapat dinikmati berbagai kalangan. Proses trial and error pun terus dilakukan, hingga ia berhasil menciptakan racikan ayam goreng yang lezat dengan harga cukup terjangkau yakni, mulai dari Rp8.000 - Rp15 .000 per porsi.
 
Yakin dengan resep yang ia ciptakan, Reynaldi pun mulai mengatur strategi untuk menjajakan produknya. Langkah pertama yang ia lakukan dengan membuka pre-order.
 
"Sempat open PO ke teman-teman kantor dulu. Waktu itu baru bisa produksi max 100 bungkus per hari, karena belum punya alat yang proper dan durasi waktu antarnya cukup panjang, jadi waktu barang sampai ayam gorengnya sudah dingin. Dari sini saya dapat feedback dan insight baru," tutur Reynaldi.

Dari pengalaman tersebut, Reynaldi memutuskan untuk membuka lapak sendiri dengan bermodalkan meja lipat serta kompor rumahan di depan kontrakannya. Hari pertama memang belum banyak pengunjung yang datang. Hanya sekira 2-3 orang saja datang membeli.
 
Kondisi seperti ini berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Ia pun kembali mengubah strategi hingga akhirnya banyak pengunjung berdatangan. "Karena sudah banyak pelanggan, saya memberanikan diri untuk upgrade dari meja lipat jadi gerobak, hingga menjadi tiga  gerobak" kenang Reynaldi.
 
Rebranding

 Sadar usahanya semakin maju, Reynaldi mulai mencari orang untuk diajak bekerja sama. Di momen inilah Reynaldi bertemu M Dinda Mahardika dan M Syamsi Al Farizan. Kebetulan, pada saat itu, usaha Mahardika dan Syamsi juga turut terkena imbas pandemi COVID-19.

Alhasil, mereka pun sepakat untuk masuk dalam tim GabbaGabba dengan peran yang berbeda-beda. Kontribusi yang diberikan Mahardika dan Syamsi langsung terlihat jelas. Terlebih setelah mereka melakukan rebranding pada manajemen dan produk GabbaGabba secara keseluruhan.
 
Menurut Mahardika, produk ayam goreng racikan Reynaldi sebetulnya sudah sangat menjual, terutama dari segi rasa. Hanya saja di era serba digital seperti saat ini, permainan tagline, logo dan elemen-elemen marketing lainnya menjadi poin yang sangat penting dalam kesuksesan suatu brand. 

“Jadi setelah join ,kami langsung me rebranding abis-abisan di mulai dari konsep produk,ganti logo, tagline serta yang paling penting adalah dengan mengganti konsep booth ke ruko bertajuk 'share the happiness', dimana design outlet dibuat unik, pelayanan menjadi cepat dan ramah, dan dari sisi produk lebih simple dan tidak ribet serta packaging yang praktis," kata Mahardika. 
 
Kendati demikian, tentu akan terjadi penyesuaian harga mengingat proses rebranding ini membutuhkan banyak biaya. Ditambah lagi, GabbaGabba juga melakukan strukturisasi dan penerapan SOP baru bagi seluruh karyawannya.

Tak hanya itu, mereka juga harus menyediakan lokasi untuk Central Kitchen sebagai storage serta produksi bahan baku untuk memastikan kualitasnya tetap terjaga.

"Sebelum saya dan Syamsi masuk, GabbaGabba enggak punya value khusus, cuman sebatas menjual jargon 'makanan murah'. Akhirnya ubah dengan ada tagline 'ayamnya enggak main-main'. Menunya juga kita inovasikan lebih banyak. Dan kami membangun central kitchen agar bisa memproduksi dalam jumlah besar dengan kualitas terbaik," tutur Mahardika.
 
Strategi rebranding tersebut ternyata membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Hanya dalam kurun waktu 3 bulan, GabbaGabba membuka 2 cabang dan kantor baru dengan omzet mencapai lebih dari Rp120 juta per bulan.
 
Mejeng di JajaRans


 

Perlahan tapi pasti, nama GabbaGabba semakin dikenal masyarakat luas, terlebih setelah mendapat tawaran untuk tampil dalam konten Rans Entertainment bertajuk, JajaRans.

M Syamsi Al Farizan mengatakan tawaran tersebut muncul secara tiba-tiba melalui sebuah pesan singkat. "Jadi waktu itu ada yang menghubungi dari pihak tim Rans dan mau mengajak kolaborasi dengan GabbaGabba. Awalnya gak percaya tapi langsung kami iyakan," kata Syamsi.
 
Selidik punya selidik, pesan itu memang benar berasal dari pihak Rans. Mereka bahkan langsung memesan sekira 150 porsi kepada Syamsi dan timnya. Ini merupakan kesempatan yang tepat untuk memperluas eksposure dan promosi, tim GabbaGabba pun berangkat ke Andara demi memenuhi permintaan Rans.
 
Respons yang diterima GabbaGabba pun diluar ekspektasi. Sang sultan Andara ternyata sangat menyukai olahan ayam goreng tanpa tulang mereka!
 
"Kak Nagita paling tertarik sama ayam Jumbo nya. Jadi waktu buka stand di sana, kak Nagita liat dummy atau contohnya yang memang kita pajang juga di semua outlet, dan dia gak percaya ayam nya segede itu, akhirnya dia mutusin untuk pesan semua menu. Terlebih, kita usung konsep fresh to fried, jadi ayamnya digoreng dadakan yang buat rasa nya jadi jauh lebih enak," kata Syamsi.

Setelah produk dilahap habis oleh Nagita Slavina, Syamsi mengatakan para staff Rans juga ikut menyerbu stand GabbaGabba.
 
Rencana Franchise


 Menyadari usaha mereka semakin maju serta permintaan konsumen yang terus meningkat namun sulit dijangkau. Reynaldi, Mahardika, dan Syamsi pun berencana untuk membuka franchise agar penyebaran outletnya semakin luas untuk menjangkau pasar yang lebih besar lagi. Hal ini tentu setelah melalui sejumlah proses evaluasi dan feedback dari para customer.
 
Di samping itu, lanjut Syamsi, belakangan banyak orang yang ingin memiliki passive income. Lebih tepatnya, bagaimana mereka bisa tetap bekerja daily, namun juga ada pemasukkan pasif terutama bagi yang sudah memasuki masa tua. Poin inilah yang ingin ditekankan GabbaGabba.
 
"Kalau kita lihat di dunia investasi, tanah atau rumah itu perputarannya kam lama bisa 10-20 tahun, sementara di dunia kuliner perputarannya jelas dan ada fisiknya," kata Syamsi.
 
"Kami juga menjual franchise secara selektif, kami enggak mau langsung nyerahin tapi si buyer enggak mau ikut controlling. Kami mau ayo kita sama-sama maju bareng. Walaupun nanti bisa 'ditinggalin', tapi harus aware, karena dialah pemiliknya. Intinya harus punya visi dan misi yang sama, dan harus ada tahapan interview," ujar dia.
 
Untuk franchise GabbaGabba sendiri dijual mulai dari Rp105 juta- 130 juta. Biaya tersebut sudah termasuk pembangunan outlet (ruko atau kontainer), lisensi, peralatan, training, free grand opening, free survey lokasi, dan marketing boost.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya