Sensasi Bersantap Italia di Atas Laut Labuan Bajo

Made in Italy
Sumber :
  • Dok. Made in Italy

VIVAlife - Ada sebuah anomali di tengah eksotisme Labuan Bajo, Flores. Fenomena menarik itu berlokasi di Jalan Soekarno Hatta. Begitu banyak restoran asal Italia yang berlomba-lomba menarik turis yang berkunjung ke Labuan Bajo.

Salah satunya, milik Marco Bertini, seorang koki profesional asal Negeri Pizza. Restorannya, Made in Italy (MII), termasuk satu yang meramaikan nuansa Italia di jalan itu. Selain itu, Marco juga mempunyai restoran terapung bintang lima dengan nama serupa.

Di dalam kapal yang disulap menjadi restoran, pengunjung akan dimanjakan dengan masakan otentik Italia. Marco sendiri yang memasakkan langsung di atas kapal untuk para pelanggannya.

Uniknya, kapal itu tak berhenti di satu sauh saja. Pengunjung juga akan dibawa berkeliling ke sekitar Laut Bajo selama delapan jam. Yang menarik, pengunjung benar-benar akan dimanjakan di sana. Anda hanya tinggal duduk diam, Marco yang mengatur semuanya.

Ia menentukan menu, sekaligus rute perjalanan restoran terapung itu. Yang perlu dilakukan pengunjung hanya santai dan menikmati. Marco berjanji, setiap pengunjung akan mendapatkan sensasi yang berbeda. Sebab, yang ia sajikan adalah menu otentik Italia terbaik.

“Tentu saya telah menanyakan kepada pelanggan seperti pantangan apa yang mereka miliki. Saya juga berkonsultasi dengan kapten kapal soal cuaca hari itu. Hal ini penting, untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pelanggan,” kata Marco.

Sekali jalan, MII membawa minimal dua pengunjung. Maksimal, kapal itu berisi 10 orang. Marco juga menyiapkan peralatan snorkeling bagi pengunjung yang tertarik menikmati keindahan laut Labuan Bajo. Atau, Anda tetap bisa meraup keindahan laut lepas dan matahari terbenam dari atas kapal.

“Saya pernah membawa 19 tamu. Alhasil, sisa sembilan tamu lagi, menyantap makanan di sofa bagian atas di samping dek,” Marco bercerita.

Pada VIVAlife, Marco mengaku konsep restoran terapung itu sudah diimpikannya sejak lama. Bahkan jauh sebelum ia membuka restoran dengan konsep umum di Jalan Soekarno Hatta.

“Saya sudah lama ingin memiliki restoran dengan konsep terapung. Restoran yang kecil saja dan hanya punya antara lima hingga sepuluh meja di dalamnya. Namun, di situ saya bisa menyajikan kualitas makanan Italia dengan standar terbaik,” ungkapnya.

Akhirnya, impian itu terwujud tahun 2011 silam. Marco memberikan sentuhan personal dalam restoran terapungnya. Ia sendiri yang mendesain kapal itu. Ia juga bertindak sebagai seorang manajer di restorannya. Semua menu, pun ia kreasi sendiri.
 
“Saya bermitra dengan seorang pria Italia yang dulunya pernah menjadi pelanggan restoran ini. Saya ceritakan ide dan konsep restoran terapung ini. Ternyata dia menyukainya. Kami berdiskusi selama berbulan-bulan dan mulai merealisasikan konsep ini,” kata Marco lagi. 

Tanpa promosi besar-besaran, restoran terapung miliknya berhasil menggaet perhatian pelanggan. Salah satu yang sudah pernah menjajal yaitu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu. Mari bahkan terkesan ketika bersantap malam di atas kapal.

“Dua hari yang lalu, saya bertemu dengan seseorang dari Kementerian Pariwisata. Dia mengatakan Bu Mari tak henti-hentinya memuji dan menceritakan pengalamannya di kapal itu,” Marco menambahkan.

Tertarik bersantap Italia di atas kapal? Anda harus menyiapkan kocek yang cukup besar. Marco mengenakan biaya Rp1,5 juta per orang untuk bisa bersantap di restoran terapungnya.

Jatuh cinta

Prabowo Ingin Bentuk 'Executive Heavy" dengan Rangkul Semua Parpol, Kata Peneliti BRIN

Marco sendiri mengaku sudah empat tahun bermukim di Labuan Bajo. Awal menjejakkan kaki, ia sama sekali tidak berniat membuka restoran. Meski bermimpi membuka restoran terapung, ia tak pernah berangan itu akan dilakukan di atas Laut Bajo.

“Saat itu, saya hanya menerima ajakan seorang teman untuk berlibur ke Flores. Kemudian saya mengambil cuti selama 10 hari dan mengeksplor keindahan daerah ini,” ia menuturkan. 

Marco sempat bekerja di Shanghai, namun tak kerasan. Baru enam bulan menjadi koki, ia memutuskan kembali ke Indonesia. Ia rupanya jatuh cinta pada tanah Labuan Bajo yang pernah diinjaknya.

Ide membuka restoran di Labuan Bajo muncul lantaran ia merasa kurangnya cita rasa makanan yang ditemuinya di tiap rumah makan yang ada. Padahal, daerah itu ramai pengunjung.

Benaknya kemudian mencetuskan ide berbisnis. Marco mulai mendapatkan feel untuk membuka restoran di Labuan Bajo. Bekerja sama dengan seorang pemilik hotel, ia merombak desain restoran hotel itu dan menjadikannya MII seperti sekarang.

Menyadari persaingan restoran Italia yang semakin ketat, Marco mulai menerapkan sistem pemasaran. “Ketika awal membuka restoran ini, belum ada restoran Italia lainnya. Mulai tahun depan, saya akan memperbaiki konsep pemasaran kami dan membuat promosi lebih besar,” ia bertekad.

Menurutnya, pengunjung restoran MII masih didominasi orang asing. Sementara turis lokal hanya berkisar 15 persen saja. Namun, kesuksesan saat ini tidak membuatnya ingin segera membuka cabang restoran terapung di daerah lainnya. Marco tidak berambisi memiliki banyak restoran.

“Saya lebih mementingkan kualitas ketimbang kuantitas. Daripada memiliki 10 restoran tapi tidak terkontrol, lebih baik memiliki dua restoran saja, tetapi saya bisa memantau semuanya dan berkualitas baik,” ujarnya menegaskan.

Reskrim Polres Metro Jakarta Barat meringkus sipir taksi online bernama Michael Gomgom (30), yang menodong dan memeras seorang wanita yang menjadi penumpangnya.

Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp 100 Juta Ditangkap saat Tidur Pulas

Reskrim Polres Jakarta Barat, meringkus sopir taksi online, Michael Gomgom (30), yang menodong dan memeras seorang wanita yang menjadi penumpangnya. Dia sedang istirahat.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024