Ritual "Merah" di Sudut Jakarta

Imlek 2011
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAlife - Warna merah menyelimuti sudut-sudut Vihara Ekayana di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Biasanya juga begitu, tapi kali ini lebih sesak. Lilin-lilin besar berjajar, aroma dupa pun mengepul lebih kencang. Buah-buahan sebagai persembahan juga memenuhi altar, menyambut tahun baru China.
Tingkatkan Angkatan Kerja yang Kompeten, Kemnaker Komitmen Hadirkan Pelatihan Vokasi Berkualitas

Kemeriahan ini tak serta-merta ada. Warga kerurunan Tionghoa di sana sudah sibuk di vihara sejak dua minggu lalu. Melakukan ritual doa, membakar dupa, lilin, kertas berisi doa-doa, serta membagi-bagikan angpao sebagai wujud syukur atas rezeki yang sudah diterima.
Kondisi Mayat Perempuan Dalam Koper di Cikarang Bekasi: Kepala Remuk Bibir Pecah

Kegiatan mereka tak berhenti hari ini. Di hari kedelapan, warga bersembahyang pada Thian (Tuhan) untuk mengucap bhakti, syukur dan memohon rezeki.
Prabowo Subianto Minta Maaf Karena Nakal: Saya Minta Maaf ke Senior Karena Bikin Repot

Puncak peringatan tahun baru dirayakan dengan Cap Go Meh, lima belas hari setelahnya. Usai hari itu, mereka tak diperkenankan lagi mengucapkan Gong Xie Fat Choi -- selamat dan semoga sukses.

Serba Merah

Bukan saja vihara yang serba merah. Rumah warga pun disusupi warna merah. Pot berisi bunga-bunga mekar juga turut menghias. Kertas merah bertulis puisi dan ucapan selamat tahun baru juga harus tersedia. Hal wajib lainnya: kantong-kantong berisi jeruk dan delapan jenis manisan buah kering. 

"Merah melambangkan sesuatu yang kuat, sejahtera dan membawa hoki. Makanya, Imlek selalu diidentikkan dengan merah. Simbol semangat  dan kabar baik," papar Febrian, pengurus Vihara Ekayana. 

Ia menuturkan, dalam menyiapkan rumah menyambut Imlek ada beberapa aturan. Malam sebelumnya, mereka harus menyingkirkan sapu dan alat pel dari pandangan mata.

"Jangan sesekali menyapu, dan ngepel di saat perayaan Imlek. Apabila, melakukan kedua hal itu, dipercaya nasib baik akan ikut tersapu."

Filosofi Kue Manis

Momen Imlek ini juga digunakan sebagai ajang kumpul keluarga. Umumnya, jamuan makan digelar. Dalam budaya Tionghoa, ada 12 makanan yang wajib dihadirkan. Angka itu mewakili 12 lambang shio.

"Kue keranjang sudah menjadi tradisi di setiap keluarga Tionghoa yang merayakan imlek. Selain itu, ada ayam, ikan, mie, asinan, manisan, buah-buahan," kata Febrian. 

Makanan-makanan itu mempunyai arti yang berkaitan dengan kemakmuran, panjang umur, kebahagiaan maupun keselamatan.

Kue keranjang misalnya. Kue bernama asli Nian Gao ini biasanya disusun bertingkat. Makin tinggi susunannya, makin tinggi rezeki dan kemakmuran yang akan dicapai. Disebut keranjang, karena dicetak dengan keranjang.

Zaman dahulu banyak atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.

Kue-kue yang disajikan pada hari raya tahun baru Imlek umumnya lebih manis dari biasanya. Diharapkan di tahun mendatang jalan hidup menjadi lebih manis dari tahun-tahun sebelumnya.

Kue wajib lainnya adalah lapis legit sebagai pelambang datangnya rezeki berlapis dan saling tumpang tindih di tahun mendatang.

Meski makanan tampak tumpah ruah, bukan berarti semua makanan bisa hadir di kemeriahan Imlek. Salah menghidangkan, dipercaya nasib sial mengintai. 

Makanan dengan rasa pahit seperti pare, tak diperkenankan ada. Rasa pahitnya sama dengan penderitaan. Jika tetap disajikan, dipercaya roda hidup satu tahun ke depan penuh dengan cobaan. Pantangan lainnya, bubur, yang mencerminkan kemiskinan. (one)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya