ILV, Keuletan Kartini Indonesia di Arab Saudi

Sumber :
  • Umi Kalsum/VIVA.co.id

VIVA.co.id - Poster-poster pahlawan nasional berderet di dinding ruangan berukuran sekitar 3 x 3 meter. Poster itu tertata rapi di atas rak-rak berisi berbagai macam buku bacaan. Di depan pintu ruangan itu tertulis "Perpustakaan Mentari".

Perpustakaan sederhana dengan ratusan buku itu merupakan buah keuletan enam perempuan yang tergabung dalam Indonesian Ladies Volunteer (ILV), yakni Rosidah Arif, Hanni M Rinaldi, Wiesye Lindawati, Anita Dewi, Krishna Devi Kurniawan, dan Lora Ayuda Minerva. Basis ILV adalah Kota Jeddah, Arab Saudi.

Keenam perempuan ini semula hanya menjalani rutinitas ibu rumah tangga, mengantar jemput anak sekolah dan mengurus rumah. Gerak mereka sangat terbatas karena Arab Saudi membatasi ruang gerak kaum perempuan.

Namun perkenalan mereka dengan Sekolah Darul Ulum yang didirikan Elly Warti Maliki mengubah segalanya. Sekolah ini menampung anak-anak Tenaga Kerja Indonesia dan para mukimin asal Tanah Air. Tidak sedikit di antara mereka yang menyandang status ilegal.

Menurut Rosidah Arif di penghujung tahun lalu, kebanyakan anak-anak ini lahir di Arab Saudi. "Banyak yang belum pernah menginjakkan kaki di Indonesia, sehingga belum banyak yang kenal dengan tanah kelahiran orangtua mereka. Bahkan pahlawan Indonesia pun mereka tidak tahu. Maka kami berinisiatif memasang poster-poster pahlawan nasional supaya mereka tahu akar mereka," kata Yossy, panggilan akrab wanita murah senyum ini.

ODGJ Ngamuk di Cengkareng Mau Tikam Kakanya Sendiri, Ternyata Kabur dari Dinsos

Indonesian Ladies Volunteer Jeddah

Foto: Enam pendiri Indonesian Ladies Volunteer

PKS Usung Imam Budi Hartono Jadi Bakal Calon Wali Kota Depok, Ahmad Syaikhu: Kinerjanya Bagus

Berangkat dari keprihatinan itu, Yossy dan lima orang kawan yang sama-sama mengikuti suami yang bekerja di sejumlah lembaga asing maupun diplomat di Saudi kemudian berinisiatif membentuk wadah atau perkumpulan yang diberi nama ILV.

Visi mereka, berpartisipasi dalam mencerdaskan anak bangsa di Jeddah dan sekitarnya dan berpartisipasi membentuk anak-anak yang menghargai budaya Indonesia serta mendorong terciptanya pendidikan sepanjang hidupnya.

Maka, dengan keterbatasan ruang gerak, keenam perempuan ini mulai 'bergerilya' mengumpulkan buku-buku bacaan untuk mengisi perpustakaan mini yang bisa diakses anak-anak yang menuntut ilmu di Darul Ulum. Perpustakaan serupa kemudian juga didirikan di Sekolah Indonesia Jeddah. Mereka menggandeng ibu-ibu yang anaknya sekolah di dua sekolah tersebut.

Tentu bukan hal yang mudah membangun dua perpustakaan yang kini sudah berisi 1.300 buku bacaan anak dan ilmu pengetahuan itu. Buku cerita berbahasa Indonesia itu didapat dengan susah payah. Awal perpustakaan didirikan pada Oktober 2012, buku didapat melalui pembelian secara online.

Buku yang dipesan biasanya akan dibawa teman atau kerabat yang akan ke Arab Saudi. "Masalahnya Arab Saudi sangat ketat, buku-buku tak bisa masuk begitu saja," kata Yossy yang diamini dua sahabatnya Hanni dan Wiesye.

Imigrasi Arab Saudi akan memeriksa setiap buku yang masuk, satu per satu. Setiap buku harus dilihat lembar per lembar. "Bahkan kita biasanya akan menjelaskan isi buku itu apa. Mereka harus tahu, dan penjelasan harus menggunakan bahasa Arab," ujar Yossy. Mereka khawatir buku itu berisi paham yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah Arab Saudi.

Pengiriman buku melalui kargo pun sulit dilakukan. Jika terpaksa dilakukan maka perwakilan pemerintah RI di Saudi harus turun tangan mengeluarkan dengan alasan buku ditujukan untuk anak mereka atau teman-teman mereka.

Karenanya buku-buku itu biasanya akan dibawa secara gerilya dan estafet. Setiap kenalan yang akan ke Saudi, suami maupun kerabat akan berumrah dititipi buku. "Maksimal 10-20 buku," kata dia.

Setelah buku terkumpul 400 buah, ILV yang belakangan menambah satu anggotanya, Fatmah, mendirikan perpustakaan mini. Secara bergantian di antara anggota akan membimbing anak-anak yang berkunjung ke perpustakaan, membacakan cerita dan berdiskusi tentang isi buku.

"Ini upaya kami mencerdaskan anak-anak bangsa di luar negeri agar mereka cinta Indonesia," kata Yossy yang sudah 14 tahun bermukim di Jeddah.

Meski beberapa anggota ada yang telah meninggalkan Jeddah untuk mengikuti tugas suami mereka, kegiatan ILV masih berjalan hingga hari ini. ILV terus mengumpulkan buku-buku demi anak-anak TKI di perantauan.

Kondisi Terkini Chandrika Chika di Tahanan, Usai Jadi Tersangka Kasus Narkoba
Elly Warti Maliki

Elly Warti, Kisah Wanita Tangguh di Negeri Para Lelaki

Tidak banyak wanita yang berkiprah di negeri ini.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2015