Manisnya Usaha Selai Rumahan Beromzet Puluhan Juta

Selai Yum Spread
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
Menjajal Nikmatnya Surf n' Turf Olahan Chef Buli
- Banyak ahli wirausaha yang mengatakan bahwa kuliner adalah usaha yang paling menjanjikan. Namun, usaha dalam bidang kuliner tidak selalu mengharuskan seseorang membuka restoran atau kafe. Jika Anda gemar memasak, Anda bisa menjual produk makanan atau minuman homemade seperti yang dilakukan pasangan suami istri, Irfan dan Indira, pendiri usaha selai buatan rumah bernama Yum Spread.

Yuk, Jelajahi Kuliner Nusantara di Sini
Jika selama ini selai identik dengan buah-buahan, pasangan yang sama-sama gemar masak dan makan itu mempunyai ide untuk meracik berbagai varian selai unik yang lain dari pada yang lain mulai dari selai Luscious Lemon, Oreo Spread, Creamcheese Snickers, Speculoos Spread, Creamcheese Garlic, Creamcheese Matcha hingga Caramel Latte. 

Kreasi Kuliner Paduan Eropa dan Madiun, Sandwich Pecel
Selai Yum Spread
Selai Yum Spread dengan berbagai rasa. Foto: Muhamad Solihin

Diawali dengan keisengan membuat selai yang tak bisa ditemukan di pasaran untuk konsumsi pribadi, usaha tersebut pun kian berkembang setelah berjalan kurang lebih selama satu tahun.

"Kebetulan kita suka selai terus kita coba-coba resep dari internet dan ternyata enak. Sehabis itu kita coba improve resepnya terus kepikiran juga mencoba membuat beberapa selai seperti Oreo," ujar Irfan saat ditemui VIVA.co.id di kediamannya beberapa waktu lalu.

Mereka lantas berpikir untuk menjual selai-selai buatan mereka pada bulan Juni 2014 lalu. Keputusan itu juga didasari oleh kebiasaan buruk orang yang sering melewatkan sarapan di pagi hari, mungkin karena padatnya aktivitas atau bosan dengan menu yang itu-itu saja.

"Kita membuat selai ini agar orang semangat sarapan. Ada banyak pilihan rasa dan praktis tinggal oles. Penggunaannya juga luas tidak hanya untuk roti saja," kata Indira.

Saat pertama kali membuka usaha, keduanya baru menjual empat varian selai yaitu selai lemon, Oreo, Snickers dan pisang. Setelah itu secara bertahap diluncurkan beberapa varian selai lainnya. Berbekal modal kurang lebih Rp2 juta, setelah setahun berjalan usaha ini telah berhasil menjual ribuan selai dan menghasilkan omset yang lumayan yaitu sekitar Rp20 juta hingga Rp30 juta per bulan. 

Irfan yang berprofesi sebagai programmer mengatakan modal yang dikeluarkan terbilang sedikit karena ia sendiri lah yang membuat website resmi usahanya. Sedangkan sang istri yang dulunya adalah seorang dokter gigi telah memutuskan untuk benar-benar fokus menjalani usaha selai ini.

Tentu saja Irfan dan Indira juga menemui beberapa kesulitan saat menjalankan usaha mereka mulai dari soal produksi, penjualan hingga pemasaran.

"Dulu pertama kali kami mengeluarkan selai pisang dengan gula merah. Sebenarnya enak tapi masalahnya terletak pada bahan bakunya. Sulit untuk menciptakan cita rasa yang konsisten karena tergantung pada matang atau tidaknya pisang yang digunakan. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti menjual varian tersebut," jelas Irfan.

Indira pun menambahkan bahwa untuk membuat selai pisang tadi, pembeli harus menunggu selama setidaknya dua hari untuk menunggu buah pisang yang akan digunakan matang bahkan ke arah benyek. 

Selain itu, ada pula kendala lain dalam hal bahan baku salah satu varian selai mereka yaitu Creamcheese Matcha. Menurut ibu satu anak itu, mereka sempat kesulitan mencari bubuk matcha atau teh hijau yang pas untuk digunakan dalam resep selai setelah kehilangan supplier. Kesulitan lainnya mengenai pengiriman produk yang harus dilengkapi dengan pengaman agar tidak pecah.

Gimmick menarik

Walaupun keduanya mengaku masih banyak belajar mengenai pemasaran, Irfan dan Indira menggunakan gimmick untuk menarik pembeli. Ya, mereka memutuskan hanya memroduksi 150 stoples selai per minggu. Di halaman utama situs resmi Yumspread, calon pembeli bisa melihat berapa sisa persediaan selai untuk minggu ini yang bisa dipesan. Dicantumkan pula hitung mundur sampai pemesanan selanjutnya kembali dibuka. 

"Sebenarnya itu dilakukan, pertama karena kapasitas produk kita yang masih segitu. Kedua supaya lebih efektif dari pada kita bikin satu dua selai setiap hari, lebih baik kita langsung bikin banyak. Ada hype-nya juga bagi costumer," jelas Irfan.

Untuk target pembeli, Indira menuturkan awalnya mereka hanya menyasar kaum muda mudi dan wanita. Namun, ketika usaha berjalan ternyata pembelinya bukan hanya segment tadi.

"Banyak ibu-ibu yang anaknya susah makan dengan selai ini jadi mau makan dan semangat untuk sarapan," ucap Indira sambil tersenyum.

Ia juga mengatakan karena selai-selai buatannya homemade, maka tidak mengandung zat pengawet, perasa atau pewarna buatan. Itu menjadikannya aman dikonsumsi anak-anak dan jika disimpan di lemari es bisa tahan hingga satu bulan lamanya.

Lalu varian selai apa yang paling disukai pembeli?

Ternyata selai Oreo Spread, Creamcheese Garlic dan Creamcheese Matcha menjadi tiga selai yang paling cepat ludes diborong pembeli. Walaupun biasanya disantap bersama roti tawar atau roti panggang, namun Irfan mengatakan selai Yumspread juga cocok untuk dioles pada pancake, crackers hingga martabak. Bahkan selai juga bisa dibuat milkshake lezat hanya dengan menambahkan susu dan es.

Ke depannya, Irfan mengungkapkan akan meluncurkan beberapa varian selai dengan rasa baru. Ada pun rencana untuk mengeluarkan edisi premium yang ukurannya lebih besar dengan packaging yang lebih cantik. Bahan-bahan yang digunakan juga terpilih dan lebih berkualitas.

Untuk saat ini, ketujuh varian selai Yumspread bisa didapatkan baik secara online melalui situs resmi dan akun Instagram mereka, maupun offline dengan harga Rp35-Rp59 ribu per stoples.

"Kita sering ikut bazar juga karena kalau mengandalkan penjualan online saja kurang optimal," tambah Irfan.

Ia juga tengah mengurus birokrasi di Departemen Kesehatan agar selai-selainya nanti dijual di supermarket dan hotel. Meski begitu, mereka juga telah menyuplai beberapa varian selai mereka ke sebuah kafe.

"Ada empat varian selai kita yang masuk ke kafe untuk dibuat menu roti bakar," ujar Irfan. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya