- REUTERS/Jason Reed
VIVA.co.id - Bagi Anda penikmati kopi pasti hafal dengan efek yang terjadi setelah mengonsumsi secangkir kopi, perut mulas dan mendadak ingin buang air besar.
Dilansir dari Huffington Post, kafein yang terkandung di dalam kopi adalah diuretik ringan yang mampu membuat tubuh mengeluarkan lebih banyak cairan. Efek diuretik kafein bervariasi berdasarkan banyak faktor, termasuk jenis kelamin, tingkat aktivitas, dan apakah seseorang terbiasa dengan dampaknya.
Nah, kafein ternyata juga memiliki efek pencahar pada beberapa orang yang sangat sensitif. Ya, kafein mampu merangsang kontraksi otot di usus besar, yang mirip dengan kontraksi yang terjadi setelah Anda makan.
Menurut William DePaolo, seorang profesor mikrobiologi dan imunologi molekuler di Keck School of Medicine di USC, kopi biasa memiliki efek pencahar yang jauh lebih baik dibandingkan kopi tanpa kafein.
Dalam satu cangkir kopi biasa yang dibuat dengan delapan ons bubuk kopi terdapat 80-135 miligram kafein. Sedangkan jika Anda menggunakan alat coffee drip untuk menyeduh kopi, kafein yang terkandung di dalamnya bisa mecacapai 175 miligram.
Sebaliknya, minuman soda seperti Coca-Cola hanya memiliki 34 miligram kafein, yang menjelaskan mengapa soda tidak memiliki efek pencahar seperti kopi.
DePaolo juga mengatakan bahwa sifat asam kopi juga menyebabkan peningkatan produksi asam empedu dalam tubuh. Hati menghasilkan asam dan menyimpannya dalam kandung empedu dan kopi dapat membuat kandung empedu melepaskan asam ke dalam usus kemudian menyebabkan diare.
Di luar biji kopinya sendiri, pemanis, produk susu atau bahan aditif non-susu juga dapat meningkatkan efek pencahar pada minuman kopi, menurut ahli dari American Gastroenterological Association, Dr Jay Kuemmerle dari Virginia Commonwealth University.
Pemanis buatan dalam campuran kopi dapat menghasilkan gas yang menyebabkan perut kembung dan diare. Produk susu seperti susu dan krim juga mengandung gula yang disebut laktosa, yang dapat memicu diare dan keluhan gastrointestinal lainnya di antara orang-orang yang mengalami intoleran laktosa. Bahkan kemampuan untuk mencerna laktosa pada orang normal pun cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia.