Street Food Mi Ayam Gerobakan Siap 'Go Mobile'

Ilustrasi mi ayam
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id
Pengamat sebut Hadirnya Anies dan Muhaimin di KPU Beri Legitimasi Hasil Pemilu
- Bisnis kuliner itu tak pernah mati! Tidak hanya makanan berkelas di restoran tapi juga
street food
Kata Shin Tae-yong Usai Heerenveen Izinkan Nathan Tjoe-A-On Kembali ke Timnas Indonesia U-23
, makanan yang dijajakan di pinggir jalan, pun tetap laku diburu konsumen. Mi ayam, misalnya, hingga kini tetap eksis seperti Mi Ayam Gerobakan.
 
Surya Paloh Pikir-pikir Usung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024
Wahyu Indra, pemilik Mi Ayam Gerobakan menceritakan, ia mulai merintis bisnis mi ayamnya sejak 2008. Ia terjun ke dunia bisnis karena sang istri mau berhenti bekerja. Ia sendiri pada saat itu masih bekerja di sebuah rumah produksi film. Ia sengaja memilih bisnis mi ayam karena marketnya yang sudah jelas.
 
“Bagi saya, bisnis itu tidak usah yang ribet-ribet, bikin yang simple saja. Akhirnya, saya pilih mi ayam. Untuk membuatnya, saya belajar otodidak,” katanya.
 
Ternyata respon pasar terbilang bagus. Kala itu dalam sehari terjual 200 porsi. Wahyu mengaku sebulan bisa mengantongi untung bersih dari penjualan mi ayam hingga Rp4 juta.

Dia menuturkan menerapkan strategi yang berbeda untuk memperbesar bisnisnya. Ia tidak memperbanyak outlet seperti para pengusaha kebanyakan tapi lebih memilih membuka program kemitraan, dengan fokus pada produksi mi ayam mentah.
 
Awal produksi hanya 4 kilogram mi mentah sehari. Kini Wahyu sudah bisa memproduksi mi hingga 5 ton sebulan. Secara rasa, meski mi ayam termasuk street food tapi tetap berkelas dan lezat. Dan mi-nya mampu bertahan hingga 6 bulan jika disimpan di freezer.
 
Diakuinya, pertumbuhan bisnisnya dirasakan setelah ia masuk ke salah satu komunitas bisnis. Dari komunitas tersebut, ia banyak mendapatkan ilmu tentang bagaimana strategi pemasaran yang baik dan lain-lain.
 
Hasilnya kini sudah terbukti. Dari modal awal di 2008 sebesar Rp26 juta, saat ini ia sudah mampu menjaring sebanyak 278 mitra yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, terutama Jabodetabek dan Pulau Jawa.

“Yang di luar pulau ada juga, seperti di Pekanbaru, Aceh, Padang, Lombok, dan lainnya," papar dia.

Meski persaingan di bisnis mi ayam terbilang tinggi namun ia tak merasa khawatir. Ia yakin jika mi ayam produksinya berbeda dengan produk sejenis lainnya.
 
“Sebelum usaha ini didirikan, setahun sebelumnya, saya lakukan riset pasar ke para pedagang mi ayam, terutama soal cita rasa. Saya yakin Mi Ayam Gerobakan ini berbeda, meski sama-sama kuliner jalanan.”
 
Selain tetap mengandalkan berjualan di gerobak khas kayu, ia juga tengah mempersiapkan mi ayam mobile. Dengan mobile, para pedagang mi ayam nantinya akan berjualan dengan menggunakan sepeda motor.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya