Studi: Konsumsi Yogurt Vanila Buat Bahagia

Yogurt
Sumber :
VIVA.co.id
Terungkap, Menu Makanan Para Juara Olimpiade
- Bagi sebagian orang, menemukan kebahagiaan bukanlah hal yang sulit. Hal itu telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Anda bisa menjadi pribadi bahagia dengan cara sederhana, misalnya menyantap yogurt vanila.

Alasan Harus Makan Pisang Lebih Banyak
Sebuah studi yang dilakukan oleh Food Research International, mengatakan merasa terkejut saat mencicipi makanan yang enak maupun kurang enak dapat mengubah suasana hati seseorang.

Makanan Sehat Ini Ternyata Tidak Aman Bagi Tubuh
Meski banyak studi sebelumnya yang telah mengidentifikasi manfaat kesehatan tertentu dari yogurt, studi tersebut fokus pada kemampuan yogurt vanila merangsang reaksi emosional positif lewat serangkaian percobaan.

Dilansir dari Food World News, yogurt tanpa rasa rendah lemak yang terbuat dari proses fermentasi susu rendah lemak atau susu skim diklasifikasikan sebagai makanan sehat yang patut dikonsumsi sehari-hari.

Tak hanya rendah kalori, produk susu fermentasi ini juga mengandung banyak nutrisi dan prebiotik, bakteri hidup yang bermanfaat menyehatkan tubuh secara keseluruhan.

Setelah mengukur respon emosi 24 peserta studi, peneliti mengetahui bahwa yogurt dengan rasa berbeda memengaruhi suasana hati seseorang. Itu diketahui lewat tes yang melihat perilaku mata dan atraksi visual.



Yogurt rasa vanila, ternyata membuat pemakannya memberi respon emosional positif yang signifikan.

"Temuan ini mendukung bukti-bukti sebelumnya bahwa aroma vanila yang ada di ruang tunggu rumah sakit dapat menurunkan perilaku agresif dan mampu menguatkan hubungan diantara pasien serta antara pasien dan staf," demikian tulis laporan studi.

Para peneliti pun menyimpulkan bahwa menyantap yogurt vanila dapat membuat seseorang bahagia. Yogurt lain dengan kandungan lemak yang lebih rendah, juga dapat memberikan respons emosional positif yang lebih kuat.

"Informasi ini dapat sangat berarti untuk industri pabrik makanan, memberikan mereka sedikit informasi mengenai bagaimana kita secara tidak sadar merespon pada suatu produk," ujar ketua penulis studi, Dr. Jozina Mojet dari Belanda. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya