Tuna Rungu Cantik Ini Dirikan Perusahaan bagi Kaum Difabel

Angkie Yudistia, pendiri Thisable Enterprise.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rintan Puspitasari

VIVA.co.id - Tidak perlu memungkiri, bahwa banyak di antara kita yang menilai wanita cantik itu memiliki kesempurnaan baik wajah, tubuh, dan segala yang menempel pada dirinya. Tapi bagaimana jika seorang wanita memiliki kekurangan, meski sedikit saja?

Sepertinya, cara pandang masyarakat Indonesia, yang masih menganggap orang difabel sebagai manusia yang kurang sempurna, ternyata pernah dirasakan wanita cantik Angkie Yudistia. Dia adalah seorang tuna rungu berparas cantik, yang mulai kehilangan pendengarannya sejak usia 10 tahun.

"Kita itu didoktrin hidup sempurna, kalau menemukan yang tidak sempurna, itu dianggap aib. Yang buat saya drop itu justru lingkungan, cara orang-orang menatap saya," katanya ditemui usai acara Dompet Dhuafa-PTTEP Sumbangkan 101 Alat Bantu Gerak di Simprug, Jakarta Selatan, Senin, 14 Maret  2016.

Wanita yang mendukung pemberdayaan ekonomi kreatif bagi kaum difable lewat perusahaannya, Thisable Enterprise ini juga berharap Indonesia lebih ramah kepada kaum difabel. Keberadaan regulasi yang mewajibkan perusahaan harus memperkerjakan 2 persen kaum difabel dari total kuota pekerja, seolah belum didukung dengan berbagai fasilitas di kantor, inklusi hingga transportasi.

"Perusahaan bisa menerima difabel, namun transportasi bagi mereka juga sulit," ujarnya.

Karena itulah, wanita kelahiran 1987 ini berusaha mencari jalan keluar agar dia bisa mandiri secara finansial dan membantu kaum difabel lainnya.

"Aku enggak mau menunggu pemerintah, lebih baik menciptakan kesempatan," imbuhnya.

Angkie yang mulai kehilangan pendengaran karena overdosis antibiotik dan demam ini berpesan bagi para kaum difabel yang masih belum bisa menerima keadaannya sendiri untuk bangkit perlahan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta punya mimpi untuk dicapai.

"Saya tidak langsung bangkit, perlu waktu hampir 8 tahun untuk bisa bangkit dan ikhlas menerima diri saya, memaksimalkan apa yang saya punya, dan memiliki mimpi untuk tidak bergantung pada orang lain," tutur dia.

Perjuangannya membuahkan hasil. Angkie kini sibuk mempromosikan produk-produk yang dibuat oleh kaum difabel. Dia berharap produknya dibeli bukan karena rasa iba, namun karena layak dibeli.

Hebatnya lagi, perusahaan yang didirikannya ini bisa menjadi contoh perusahaan lain untuk menciptakan sebuah perusahaan dengan lingkungan inklusi, di mana orang difabel dan orang normal bisa bekerja sama.
 

Bantu Orang Difabel Tidak Harus Tunggu Pemerintah
Dionna, lahir dengan satu lengan

Desainer Rancang Busana Khusus untuk Kaum Difabel

Dia mendirikan organisasi bernama Runway of Dreams.

img_title
VIVA.co.id
22 Maret 2016