Kopi Gambut, Diminati dan Ramah Alam

Kopi Libtukom atau Liberika Tungkal Komposit, kopi asli Jambi yang bisa tumbuh bertahan di lahan gambut basah. Permintaan hasil panen kopi ini menjanjikan dan memiliki harga yang menarik, Senin (10/10/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ramond EPU

VIVA.co.id – Libtukom demikian kopi ini dinamai. Ia akronim dari Liberika Tungkal Komposit. Cukup rumit menyebutnya. Namun jangan heran. Kopi asli yang lahir di tanah gambut basah Jambi ini kini sedang naik daun.

11 Rekomendasi Coffee Shop untuk Kerja di Jakarta Selatan

Permintaan akan hasil panen kopi gambut ini terbilang tinggi. Dan tentunya harga jualnya memang menawan. Lihat saja harga ini, kopi dengan biji pilihan dipatok Rp65 ribu per kilogram.

Sementara kopi yang sudah disangrai mencapai Rp150 ribu per kilogram dan yang mahal lagi kalau sudah menjadi bubuk, per kilogramnya dihargai minimal Rp160 ribu.

Mejeng di Pameran Kopi Terbesar di Amerika, Produk Lampung dan Bajawa Bidik Pasar Gobal

"Kopi kami ini banyak peminatnya di Malaysia dan Singapura. Beberapa kafe di Pulau Jawa juga sudah memesan langsung kepada kami," kata Mudianto, koordinator lapangan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis yang juga petani setempat, Senin, 10 Oktober 2016.

Gambut basah

Kopi Unggulan Indonesia Juara Dunia di  Specialty Coffee Expo 2024 Amerika Serikat

Kemunculan kopi gambut Libtukom, sejatinya bukan barang baru bagi para petani di wilayah Tanjungjabung Barat Provinsi Jambi. Sejak puluhan tahun lalu warga sudah mengenalnya dan dinamai kopi Exelsa.

"Sejak tahun tujuh puluhan. Namun pada saat itu tidak sebanyak seperti sekarang ini. Hanya untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Murdianto.

Hingga akhirnya pada tahun 2012, diadakanlah penelitian terhadap jenis kopi gambut yang dinamai Exelsa tersebut dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember Jawa Timur. Terungkaplah jika kopi yang ditanami petani di lahan gambut tersebut ternyata merupakan jenis varietas tersendiri. Karena itu kemudian ditetapkan dengan nama Kopi Liberika Tungkal Komposit.

Murdianto menyebut selama ini dalam proses penanaman kopi gambut tersebut. Tanaman ini dikenal mudah dipelihara dan kuat terhadap penyakit. Umumnya, kata Murdianto, kopi ini baru bisa dipanen setelah berumur 5 tahun.

Hasil panen kopi gambut, Liberika Tungkal Komposit, di Tanjungjabung Barat Jambi

FOTO: Proses pengolahan kopi gambut jenis Liberika Tungkal Komposit, di Tanjungjabung Barat Provinsi Jambi, Senin (10/10/2016)/Ramond EPU

Ia cukup ditanam di atas lahan gambut basah, namun tetap dalam pengawasan yakni membuat kanal terbatas untuk menjaga bibit kopi tetap aman dan gambut netral ketika ditanam. Atau dengan kata lain, kopi ini tidak memerlukan lahan kering seperti banyak tanaman lain yang ditanam di gambut.

Untuk proses pengolahan, kopi ini juga terbilang sederhana. Kata Mudianto, selama ini petani cuma mengandalkan dua proses pengolahan yakni, pertama pengolahan basah dan yang kedua pengolahan madu.

Dua cara ini sama-sama memberikan hasil terbaik dari kopi Libtukom untuk dipasarkan. “Kopi yang diolah dengan standar SOP ini akan memberikan rasa khas dari kopi Liberika Tungkal Komposit,” kata Murdianto.

Target ekspor

Kini, dengan semakin populernya kopi gambut Libtukom. Pemerintah Provinsi Jambi merencanakan kopi ini akan menjadi produk unggulan mereka. Total saat ini sudah ada 2.800 hektare lahan gambut di Tanjungjabung Barat yang akan disiapkan untuk penanaman kopi gambut tersebut.

Di tingkat petani, kini guna memudahkan pemasaran dan keunikan khas kopi ini. Kopi Libtukom kini telah mendapatkan sertifikat khusus keaslian kopi. Oleh petani, kopi ini kemudian dinamai kopi Kuala Tungkal.

Sejauh ini, petani setempat terus mengupayakan agar peningkatan produksi kopi gambut ini maksimal. Pelibatan pemerintah setempat menjadi tangan yang menolong percepatan.

“Kami sudah mendapatkan bantuan peralatan untuk memproduksi kopi. Seperti alat sangrai, pendingin setelah sangrai dan penggilingan,” kata Murdianto.

Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Budidaya menyebut dari catatan mereka, saat ini kapasitas produksi kopi ini sudah mencapai 1,4 ton per tahun. Ia meyakini tanaman ini akan membantu perekonomian masyarakat.

Pihaknya juga terus mempromosikan kopi gambut tersebut dengan pihak swasta. Termasuk kepada seluruh wisatawan yang datang ke Jambi. Rencananya kopi yang siap jual ini akan disebar di setiap kafe, hotel dan bandara.

“Kami berharap pasar kopi ini bisa langsung di ekspor dari Jambi. Sehingga bisa diketahui jumlah kopi Libtukom yang di ekspor ke luar negeri. Tapi sayang, saat ini data jumlah kopi yang diekspor belum kita ketahui," kata Budidaya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya