10 Kebiasaan Ini Perlu Diajarkan pada Anak Sebelum Remaja

Ilustrasi orangtua dan anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Orangtua adalah segalanya bagi anak. Sah-sah saja, jika Anda beranggapan demikian. Tetapi, hal itu tidak lagi berlaku, ketika anak sudah berusia belasan. Lho, kenapa?

Mendidik Generasi Tangguh: Tips Dokter Aisah Dahlan Cegah Anak Terjerumus Liberalisme

Ya, ketika anak masih bayi sampai balita, perhatiannya hanya tertuju pada Anda, bahkan ia bisa memandang Anda sebagai 'dewa penolong'. Tetapi, menjadi sangat berbeda, ketika ia beranjak remaja (bahkan bisa lebih awal dari itu). Pamor orangtua di mata anak, bisa merosot turun, menjadi yang ketiga, setelah guru dan teman.

Hal itu dikatakan seorang dokter anak di laman Parenting. Diakuinya, ketika anak sudah besar, peran mengasuh anak semakin terbatas. Tetapi, ia mengaku beruntung, karena telah menerapkan kebiasaan positif sejak kecil, yang akhirnya membentuk kepribadian anak. Sehingga, antara orangtua dan anak, tercipta hubungan yang harmonis.

Mona Ratuliu Ungkap Pentingnya Bergaul Lahir Batin dengan Anak

Kebiasaan-kebiasaan yang ia mulai dari usia dini anak itu, antara lain:

1. Makan malam bersama

Ajak Si Kecil Main Berkualitas di Akhir Pekan, Coba 4 Trik Ini Moms

Keluarga makan bersama.
Kunci pengasuhan sukses pada remaja salah satunya adalah tentang menyediakan waktu tatap muka dengan mereka. Orangtua perlu rajin memberi anak perhatian. Menetapkan kebiasaan untuk makan bersama sehari sekali dinilai cukup untuk menjalin komunikasi positif antara anak dan orangtua.

2. Letakkan handphone saat bersama anak
Terutama saat makan malam. Meja makan semestinya menjadi area steril dari aktivitas gadget. Ini adalah saat anggota keluarga mencurahkan perhatian pada makanan dan saling berbagi cerita untuk membangun interaksi.

3. Sisihkan waktu untuk membicarakan hari mereka
Penting bagi remaja untuk mendapat perhatian orangtua. Sesibuk apapun Anda dengan pekerjaan, sempatkan untuk bertanya setiap hari tentang bagaimana dia di sekolah, meski lewat pesan teks atau email.

4. Lakukan kontak fisik
Upayakan untuk senantiasa memberikan kontak fisik pada anak. Meski hanya berupa tepukan di pundak, membelai rambut. Tak harus lama, tapi pastikan selalu ada.

Psikolog anak dan keluarga, Virginia Satir, mengatakan bahwa orang-orang memerlukan empat pelukan sehari untuk merasa nyaman, delapan pelukan sehari untuk perawatan, dan dua belas pelukan per hari untuk pertumbuhan.

5. Update dengan teknologi

Ilustrasi anak dan orangtua.
Saat anak beranjak remaja, ia harus sudah terbiasa bahwa orangtua perlu tahu apapun aktivitasnya. Termasuk, game yang ia mainkan di gadget, video yang ia tonton, informasi yang ia akses. Untuk itu, Anda pun perlu update dengan penggunaan teknologi.

Membiasakan ini sejak kecil tak akan membuatnya canggung, ketika Anda memeriksa gadgetnya ketika sudah remaja.

6. Luangkan waktu bersama teman mereka
Sesekali luangkan waktu untuk piknik bersama anak dengan mengajak temannya. Ini adalah kebiasaan baik untuk mempererat kedekatan hubungan anak dan orangtua.

7. Pahami minat anak
Anak mungkin bercerita dengan sangat antusias tentang betapa sulitnya ia merangkai puzzle Doraemon, dan kemudian berhasil, karena memang sudah diulang-ulang puluhan kali. Lantas, cerita itu berpotensi membuat Anda bosan.

Tetapi, tetap tunjukkan sikap bahwa Anda bersedia memahami sesuatu yang penting bagi mereka. Hal ini, adalah pembangun hubungan besar yang akan berlanjut sampai usia remaja.

8. Temukan hobi untuk berbagi
Ini penting untuk membangun ikatan hubungan Anda dengan anak. Anda bisa mengajaknya mengikuti hobi lari Anda, atau Anda yang mengikuti hobi menggambarnya.

9. Antar mereka ke tempat tidur
Kebiasaan mengasuh konvensional berpendapat bahwa tiga menit pertama setelah anak-anak terbangun dan tiga menit terakhir sebelum mereka tidur, adalah waktu terbaik untuk menjalin hubungan dengan mereka.

Anak Bangun Tidur

Anda bisa menemaninya sebentar di ranjang, dan lihat apa yang terjadi. Biasanya anak akan bercerita apa saja yang ia alami seharian. Ternyata, si praremaja hanya ingin bicara, mereka mau didengarkan. Dengan Anda bersedia menemaninya, akan membangun simpul memori pada anak bahwa Anda adalah orangtua yang selalu hadir untuknya.

10. Berikan penghargaan meski ia gagal
Beri ruang pada anak untuk mencoba menaklukkan tantangannya sendiri. Ketika ia menyerahkan selembar nilai ujian, mungkin Anda akan mendapati nilai empat. Jangan buru-buru memarahi. Katakan, "Selamat, ya. Sudah dapat nilai empat. Lebih baik dari minggu lalu, dapat tiga. Berarti besok diperbaiki lagi jadi lima. Pasti bisa, ya!"

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya