Aturan Beri Makanan Pedas pada Anak Sejak Usia Bayi

Anak makan sayur
Sumber :
  • Pixabay/ avitalchn

VIVA – Membiarkan balita mengonsumsi makanan pedas, tidak dilakukan oleh sebagian orangtua. Alasannya, sensasi rasa pedas dikhawatirkan membuat lidah anak merasa panas dan tidak nyaman.

Selain Tambah Selera Makan, Ini Manfaat Sambal & Makanan Pedas

Tapi ada juga orangtua yang lebih permisif. Mereka mengizinkan anak mengeksplorasi aneka rasa makanan, termasuk rasa pedas, meski pedas level ringan. Hal itu dilakukan sebagai bentuk stimulasi rasa pada anak, supaya tidak pilih-pilih makanan ketika dewasa nanti.

Nah, sebenarnya boleh tidak ya, balita atau batita mengonsumsi pedas? Apa pengaruhnya asupan cabai pada tubuh anak?

5 Rekomendasi Kuliner Pedas Indonesia Nikmat Disantap Musim Hujan

Ahli nutrisi berikut ini memberikan penjelasan terkait makanan pedas. Seperti dilaporkan laman Live Science dan dikutip pada 20 Maret 2018.

Kenal Pedas dari ASI

Konsumsi Makanan Pedas dan Kopi Kekinian, Awas Maag Kambuh

Menurut Marilyn Tanner-Blasier, RD, ahli nutrisi anak di Washington University School of Medicine di St. Louis, sejak anak berada di tahap menyusu, dan ia mengenal rasa pedas dari ASI, kemungkinan ketika dewasa nanti anak akan menyukai rasa pedas itu.

Ketika kita mulai memperkenalkan makanan pada anak-anak, diawali dengan menu yang sederhana. Jika anak sudah berhasil mengenal makanan sederhana setiap hari, baru dilanjutkan dengan menghidangkan makanan yang jadi menu sehari-hari untuk keluarga.

"Menu versi dewasa yang disajikan untuk keluarga bisa jadi memiliki cita rasa yang kuat. Jika anak menolaknya, cobalah untuk menyederhanakan cita rasanya (dalam porsi kecil)," kata Marylin.

Vanessa Kane-Alves, RD, ahli gizi klinis di Rumah Sakit Anak Boston juga menyampaikan pandangan yang sama, "Apa pun makanan yang dikonsumsi keluarga, itulah yang semestinya ditawarkan pada bayi atau anak. Jika anak memiliki semacam reaksi intoleransi, rewel, baru hindari makanan itu. Tidak ada daftar rempah-rempah yang harus dihindari."

Stimulasi ragam rempah secara bertahap

Dr. Anca Safta, Gastroenterologist pediatrik, direktur endoskopi dan asisten profesor di University of Maryland, berpendapat bahwa orangtua cenderung beranggapan makanan bayi harus terasa hambar, tidak banyak cita rasa.

"Kita hidup dalam masyarakat di mana kita berpikir bahwa makanan bayi harus hambar, tapi sebenarnya Anda tidak perlu melakukan itu," kata Anca.

Sebaliknya, orangtua disarankan ketika mulai memberi makanan padat pada anak, hendaknya juga disertai dengan mengenalkan aneka makanan dengan rempah.

Ada perbedaan antara rempah panas dan rempah harum. Rempah harum, seperti kayu manis, pala, bawang putih, kunyit, jahe, ketumbar, jintan. "Tidak masalah untuk diperkenalkan pada anak-anak, bahkan di usia setelah enam bulan," kata Anca.

Tapi Anca tidak menganjurkan hal yang sama terhadap konsumsi rempah panas. Rempah panas seperti cabai, paprika, bisa menimbulkan efek kaget pada bayi sehingga ia menolak.

"Bagian yang panas bukanlah rasa, tetapi melibatkan stimulasi reseptor rasa sakit, dan bayi mungkin memiliki reaksi yang lebih kuat dan baru terhadapnya, kemungkinan bisa menciptakan keengganan," kata Anca.

Capsaicin, penyebab rasa pedas pada cabai, mengaktifkan reseptor yang mengirim sinyal rasa sakit ke otak. Inilah yang menciptakan sensasi terbakar di lidah, perih pada usus, dan daerah perianal saat buang air besar.

Masing-masing anak menunjukkan reaksi toleran yang berbeda terhadap sensasi kepedasan. Untuk itu disarankan orangtua terlebih dahulu mengenalkan anak pada rasa rempah aromatik.

"Satu-satunya kehati-hatian yang akan saya katakan adalah mengenalkan satu bumbu baru setiap empat sampai lima hari, hanya untuk melihat apakah ada reaksi yang merugikan," terang Anca menambahkan. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya