Tanda Anak Terjangkit Radikalisme, Jangan Dibiarkan!

Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama 2016
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ Feny Selly

VIVA – Radikalisasi di sekolah beberapa tahun belakangan ini semakin menguat. Data survei dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah menunjukkan pengaruh intoleransi dan radikalisme menjalar di banyak lembaga pendidikan termasuk sekolah dan universitas.

Pemerintah Diminta Tak Gegabah Klaim Ajaran PAUD Terpapar Radikalisme

Dari penelitian yang melibatkan ribuan siswa dengan latar belakang generasi Z (kelahiran tahun 1996-2012) dari 34 provinsi itu, ditemukan lebih dari sepertiga muslim setuju bahwa jihad adalah perang, terutama perang melawan non muslim. Sebanyak 1 dari 5 responden setuju bahwa bom bunuh diri adalah jihad Islam.

Sepertiga muslim generasi Z dalam responden itu setuju, muslim yang murtad (keluar dari agama Islam) harus dibunuh. Hampir sepertiga mereka juga berpendapat bahwa perbuatan intoleran terhadap minoritas adalah tidak masalah.

PKS: Orang Nge-Like di Medsos belum Tentu Terpapar Radikalisme

Personel Brimob bersiaga saat dilakukannya penggeledahan oleh Tim Densus 88 di kediaman terduga pelaku bom bunuh diri Polrestabes Surabaya

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Dr. Susanto, MA, mengatakan, sebagai bentuk antisipasi dan pencegahan terhadap paham radikal di sekolah, satuan pendidikan penting untuk mendeteksi sejak awal dalam rangka menemukan kejanggalan pada siswa.

Wamenag Sebut Guru Harus Jadi Agen Penangkal Radikalisme di Sekolah

"Kalau ada kejanggalan, lakukan intervensi. Misalnya ada anak yang tak mau hormat bendera, menolak sistem negara, ada anak yang membenci aparat negara dengan tanpa alasan, menginginkan satu sistem negara yang diyakini. Kalau ada tanda-tanda seperti itu, hemat kami jangan dibiarkan. Ini sangat berbahaya. Kalau sekolahnya tidak mampu, harus bekerja sama dengan dinas pendidikan," kata Susanto pada VIVA, Jumat, 18 Mei 2018 di Jakarta.

“Kalau tidak kita cegah sejak awal, akan jadi bibit-bibit baru yang menjadi masalah bagi negara,” Susanto menambahkan.

Susanto, Ketua KPAI Baru Periode 2017-2022.

Masalah radikalisme belakangan ini ramai menjadi perbincangan pasca peledakan bom bunuh diri dan aksi teror di sejumlah tempat di Tanah Air. Radikalisme dianggap sebagai akar dari terorisme. Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu sempat menyatakan bahwa radikalisme dan terorisme adalah musuh bersama bangsa Indonesia.

“Betapa yang namanya radikalisme terorisme menjadi musuh kita bersama, dan sekali lagi mari kita bersama-sama menjaga lingkungan kita masing-masing jangan sampai pengaruh-pengaruh dari radikalisme dan terorisme masuk ke wilayah kita,” ujar Jokowi. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya