7 Tips Sederhana Ajarkan Politik pada Anak

Ayah dan anak
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Ada ungkapan populer yang menyatakan bahwa percakapan keluarga yang sopan selalu jauh dari politik dan seks. Kedua topik itu sering dianggap tabu untuk dibicarakan. Padahal tentang seks, anak-anak perlu diberi informasi dalam konteks pendidikan seksual. Ini penting karena menyangkut hajat hidupnya hingga dewasa kelak.

Gus Yahya Berkelakar soal Jabatan Menteri di Kabinet Selanjutnya: Jangan-jangan NU Semua

Sama halnya dengan politik. Politik berasal dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara. Menurut teori klasik Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Sehingga dapat dikatakan, mulai dari kita bangun tidur hingga tidur kembali, hidup kita tidak lepas dari politik itu sendiri.

Mengenalkan politik pada anak tidak harus menggunakan kata-kata yang sangat serius, sampai membuat dahi berkerut. Kita bisa membuatnya lebih sederhana dengan menempatkan perbincangan itu dari perspektif anak. Kegiatan ini juga bisa termasuk memberikan penjelasan pada anak, tentang bagaimana seharusnya warga negara memandang kepala negara.

Mengenal Sosok Pemimpin Tertinggi Negara Iran, Ternyata Bukan Presiden

Misalnya yang baru-baru ini jadi perbincangan, seorang anak berusia 16 tahun berinisial RJ, memaki presiden Jokowi di media sosial. Ini adalah perbuatan yang tidak tepat. RJ akhirnya berurusan dengan hukum dan peradilan anak.

Pria telanjang dada memaki foto Jokowi

Ditanya soal Status Keanggotaan Partai Politiknya, Gibran Bilang Begini

Secara teknis, berikut ini beberapa hal yang perlu kita bicarakan pada anak untuk membawanya memahami politik, seperti dilansir dari Allprodad.

1. Politik membuatnya memiliki hak pilih
Anak-anak perlu memahami bahwa penting baginya mengambil bagian dalam kegiatan politik. Misalnya, ketika sudah cukup umur, ia akan memiliki hak pilih. Dan ia bebas menentukan pilihan. Satu suara jika diakumulasikan dengan jutaan orang lainnya, bersinergi membawa perubahan bagi negara.

2. Konstitusi
Kita perlu mengajari anak-anak tentang bagaimana konstitusi di Indonesia. Mereka harus terbiasa dengan isi dan memahami bagaimana suatu undang-undang ditulis dan mengapa ada yang diubah.

Mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR pada 21 Mei 1998. Mereka menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatan Presiden.

3. Kesopanan tetap dijunjung tinggi

Kebebasan berpendapat seharusnya tidak memiliki nilai yang lebih tinggi daripada kesopanan. Maksudnya adalah dalam menyampaikan argumennya, tetap berdasarkan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Sikap ini adalah bagian dari kerendahan hati. Dan orangtua berperan pula memberi keteladanan.

4. Perbedaan itu membangun
Indonesia disatukan oleh beragam perbedaan, baik dari suku, adat, dan budaya. Hal ini juga memunculkan adanya perbedaan dari sisi pemikiran. Sejak awal, pendiri bangsa sudah pasti menyadari akan hal ini, tapi langkah mereka membangun negara tidak surut.

Penting bagi anak untuk menyadari tidak jadi masalah untuk teguh memegang prinsip dan pandangan, serta mengkomunikasi keyakinannya dengan antusias. Tapi di satu sisi mereka juga perlu memiliki keterampilan untuk menghargai dan menghormati orang lain yang berbeda pendapat. Ini bagian dari demokrasi. Merasa pendapatnya yang paling benar adalah tindakan yang berbahaya.

5. Kesediaan mendengar

Ajarkan anak-anak Anda untuk mendengarkan perdebatan dan memperhatikan orang-orang yang menurut mereka tidak akan mereka setujui. Kita harus belajar bagaimana mengolah banyak sumber saat mengumpulkan informasi. Ini akan memperkaya wawasan anak.

Ilustrasi ibu dan anak.

6. Keterampilan bertanya
Jika anak-anak tidak mengerti, mereka harus selalu bertanya. Pertanyaan bagus bisa mengungkapkan kebenaran atau membongkar kebohongan. Bagaimana pun, keterampilan bertanya sangat penting dalam keberhasilan proses politik.

7. Tidak setuju bukan berarti salah
Memang menyenangkan memiliki banyak orang yang satu pemikiran. Tapi mereka yang berada di kubu tidak setuju dengan kita, bukan berarti salah. Akan selalu ada banyak hal untuk dipelajari. Sebaliknya, pemikiran sempit dapat berujung pada penindasan politik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya