5 Ciri Orangtua Otoriter, Penyebab Mental Anak Ringkih

Ilustrasi orangtua remaja
Sumber :

VIVA – Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan yang cenderung menuntut anak tapi rendah respons penghargaan. Orangtua yang otoriter juga bersikap dingin dari menyikapi kebutuhan emosional anak, namun di satu sisi ia menetapkan standar yang tinggi.

Parenting Natasha Rizky Jadi Sorotan, Netizen Sindir Desta

Orangtua yang otoriter dapat dikenali dari pola asuh yang diterapkan pada anak. Mengutip laman Parenting for Brain, berikut ini ciri-cirinya.

1. Menuntut

Mendidik Generasi Tangguh: Tips Dokter Aisah Dahlan Cegah Anak Terjerumus Liberalisme

Banyak aturan dan standarnya begitu tinggi adalah ciri orangtua otoriter. Aturan yang dibuat biasanya untuk mengontrol sikap atau aktivitas anak. Mereka mewajibkan anak dapat mengikuti peraturan yang telah dibuat tanpa membuat kesalahan.

Ketika anak gagal mematuhi, baik aturan eksplisit maupun implisit, orangtua yang otoriter mengira bahwa anak sudah tidak jujur dan tidak kompeten.

3 Pola Asuh Orang Tua yang Berbahaya dan Berdampak Buruk pada Anak

2. Bersikap dingin

Orangtua otoriter jarang menunjukkan sikap hangat pada anak. Mereka cenderung dingin dan kasar. Saat kecewa pada anak, mereka lebih banyak berteriak dan mencaci-maki.

Tapi mereka juga berdalih melakukan semua itu karena cinta yang kuat dan demi kebaikan anak. Alih-alih menunjukkan cinta, orangtua otoriter sering hanya memendamnya.

3. Mengontrol

Orangtua otoriter menempatkan diri sebagai pemimpin dan anak-anaknya harus mematuhi mereka tanpa bertanya apalagi membantah. Mereka mengontrol semua aspek kehidupan anak mulai dari cara anak berbicara, bersikap di rumah dan di publik, hingga apa yang boleh dipakai.

Mereka tidak merasa anak memiliki hak dan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri. Mereka juga tidak mengizinkan anak untuk mengeksplor secara mandiri.

4. Komunikasi satu arah

Orangtua otoriter tidak melibatkan anak untuk membuat keputusan. Mereka akan menggunakan alasan seperti "Karena Papa bilang begitu" saat mereka menuntut anak melakukan hal mereka inginkan.

5. Hukuman kasar

Rasa takut adalah sumber pengontrol dari orangtua otoriter. Mereka menggunakan hukuman untuk mengendalikan kepatuhan anak, dan memaksa supaya mereka mengikuti aturan.

Mereka lebih fokus pada hukuman dibandingkan mengajari anak cara bersikap yang baik.

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter tersebut, tentu berdampak pada banyak hal, termasuk perkembangan mentalnya. Studi telah menemukan beberapa efek dari pola asuh orangtua otoriter pada anak, di antaranya:

1. Sulit bahagia
2. Kurang percaya diri
3. Tidak nyaman berada di rumah atau sekitar orangtua
4. Menjadi agresif karena berada di bawah tekanan
5. Beberapa menunjukkan sikap lebih agresif di luar rumah saat orangtua tidak ada
6. Sementara lainnya, bisa bersikap pemalu atau takut di sekeliling orang lain.
7. Sulit menjalani kemampuan bersosialisasi
8. Pencapaian akademik yang buruk
9. Rendahnya harga diri
10. Berisiko besar mengalami kecanduan rokok, peminum, dan gangguan mental seperti depresi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya