Penting Dilakukan Orangtua Agar Anak Tak Kecanduan Gadget

Seto Mulyadi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA – Gadget bagi anak ibarat dua sisi mata uang. Dianggap baik, karena membuat sang buah hati melek teknologi, namun gadget juga bisa membuat anak kecanduan hingga lupa dengan aktivitas lainnya.

Selamat! Mpok Alpa Umumkan Hamil di Usia 37 Tahun

"Kenapa anak sekarang senang main gadget, karena mengikuti orangtua. Orangtua juga sibuk bermain gadget, walaupun itu mungkin (dilakukan karena) pekerjaan dan sebagainya. Jadi, perilaku anak tidak lepas dari kebiasaan orangtua," kata Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, Senin 23 Juni 2018.

Pria yang akrab disapa Kak Seto itu, justru menyayangkan sikap orangtua yang lalai dalam memperhatikan buah hatinya. Banyak orangtua dianggap gagal menjadi sahabat bagi anaknya sendiri, padahal keluarga adalah lingkungan terkecil dalam membentuk kepribadian anak.

Mengenal Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar Jika Dibiarkan

"Kebersamaan dengan anak yang kurang membuat anak kecanduan gadget. Orangtua harus memposisikan sebagai sahabat, jangan seperti memberikan komando atau intruksi. Marilah jadi sahabat anak, sehingga tidak ada sesuatu yang membuat anak tertekan di dalam keluarga," ujarnya.

Anak dan gadget

Pengakuan Mengejutkan Wanita yang Bunuh Keponakan Lalu Disembunyikan di Tempat Dupa

Dia mengatakan, pada 4 Mei 2018 lalu, ia mencanangkan Gerakan Nasional Saya Sahabat Anak (Sasana). Gerakan itu mendapat respons positif dari Presiden RI Joko Widodo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, Menteri Sosial, Idrus Marham, dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani.

"Di situ, saya minta Pak Presiden untuk meluangkan waktunya bermain bersama anak-anak di Istana Negara. Kita bermain bergembira dengan permainan tradisional gobak sodor, engklek, egrang, dan lain-lain," tutur Seto.

Dia pun mengajak semua lapisan masyarakat untuk kompak menjadi sahabat anak, mulai dari gubernur, wali kota atau bupati, perangkat desa mulai dari camat, lurah serta ketua RW/RT hingga para orangtua.

"Jadi, kita bisa bercengkrama dengan anak karena hal paling sederhana mendengar suara anak. Kita perlu melakukan rapat keluarga, bisa dalam bentuk membacakan dongeng maupun cerita lainnya," katanya.

Sementara itu, dalam gerakan Saya Sahabat Anak telah dirancang beberapa konsep untuk mendekatkan orangtua dengan anak. Salah satunya, 18-21 dan gerakan 3 B (bermain, berdialog/bercerita, dan belajar).

"Gerakan 18-21 adalah mulai jam 18.00 sampai 21.00, semua televisi dan gadget setop dari anak-anak. Kemudian, dilanjutkan dengan gerakan 3B mengajak anak bermain, berdialog, bercerita, dan belajar. Bisa belajar agama, nilai moral, tapi dalam suasana ngobrol dari hati ke hati," ucap psikolog anak ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya