Cegah Dampak Buruk Momo Challenge, Orangtua Perlu Lakukan Ini

Remaja bermain gawai atau gadget (Foto Ilustrasi)
Sumber :
  • REUTERS

VIVA – Momo challenge, tantangan baru yang sedang viral di sejumlah negara sedang jadi sorotan. Momo challenge bermula di Facebook di mana sejumlah anggotanya berkomunikasi dengan nomor tak dikenal.

Jangan Sampai Terlewat Ramadan Sale di Blibli, Promo Spesial Smartphone iPhone, Samsung dan Oppo

Momo adalah nama dari sebuah akun media sosial yang muncul di WhatsApp, Facebook, dan YouTube. Mereka yang pernah memainkannya melaporkan, Momo akan mengirimkan gambar dan permainan kekerasan dan mengancam jika si pemain menolak melakukan instruksi pada game tersebut.

Momo challenge.

Viral Penumpang 'Nebeng' Listrik Buat Catok Rambut hingga Masak Nasi di Kereta, KAI Buka Suara

Menanggapi hal tersebut, Ketua KPAI, Susanto, mengatakan bahwa perkembangan permainan anak di dunia maya tak semuanya aman. Bahkan, sebagian mainan bersifat membahayakan anak. Sehingga orangtua harus mampu mendampingi anak saat bermain. Di lain sisi kontrol terhadap apa yang dilakukan anak juga harus tepat.

"Pastikan anak bermain dengan waktu yang tepat, content yang positif dan mampu memilih sesuai dengan tahap perkembangan anak. Orangtua jangan hanya hadir saat anak menghadapi masalah," ujarnya kepada VIVA, Senin 6 Agustus 2018.

Didikan Keras Sang Ayah, Cristiano Ronaldo Jr Dilarang Punya Ponsel Sendiri

Menurutnya, dampingan orangtua menjadi salah satu cara mencegah munculnya masalah akibat bermain di dunia maya. Sebab, orangtua bisa menyaring permainan serta memberikan pendidikan yang tepat melalui prinsip pengasuhan positif tersebut.

"Orangtua harus mendidik anak agar memiliki kemampuan menyaring permainan yang baik. Karena anak saat ini dihadapkan dengan sejumlah tantangan," terangnya.

Di sisi lain, teknologi terus berkembang dan terpapar pada anak (misalnya momo challenge yang masuk lewat aplikasi WhatsApp). Maka, kemampuan mengoperasikan serta memilah mainan yang aman dan bermutu harus dimiliki anak melalui pengasuhan orangtua.

"Terutama bagi anak yang sudah berusia tepat berinteraksi dengan dunia teknologi, maka gadget tak boleh sepenuhnya secara otonom dimiliki oleh anak namun harus menjadi milik keluarga," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya