Tawuran Kembali Marak, Ini 3 Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua

Polisi sita sejumlah senjata tajam dari para pelaku tawuran pelajar beberapa waktu lalu/Ilustrasi
Sumber :
  • ANTARA Foto/Yulius Satria Wijaya

VIVA – Setelah lama  tak terdengar kasus tawuran antar pelajar, publik kembali dikejutkan oleh sejumlah kasus tawuran pelajaran yang kembali menelan korban. Seorang korban berinisial AH belum lama ini meninggal setelah terlibat tawuran di daerah Jakarta Selatan. 

Tawuran Dini Hari, Sepuluh Remaja Berstatus Pelajar Diamankan Polisi

Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia, kasus tawuran pelajar sempat tercatat mengalami penurunan dari 2014 - 2017. Namun, angka ini kembali meningkat pada 2018. 

"Pada 2014 total kasus tawuran di bidang pendidikan mencapai 24 persen, pada 2015 menurun menjadi 17,9 persen, turun lagi di 2016 menjadi 12,9 persen dan pada 2017 juga tetap 12,9 persen. Tapi di 2018 ini justru naik menjadi 14 persen," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti, saat ditemui di kantornya, Rabu 12 September 2018. 

Viral Aksi Tawuran Pelajar SMA di Depan GOR Ciracas Jakarta Timur

Ia menjelaskan, pola tawuran antar pelajar akhir-akhir ini kerap dipicu oleh masalah sepele seperti saling ejek dan mem-bully di media sosial. Hal yang juga menjadi sorotan, kini para pelajar kerap mengumpulkan masa untuk tawuran lewat sosial media. 

"Mereka janjian tawuran melalui media sosial, seperti menentukan tempat dan waktu tawuran, lengkap dengan jam yang disepakati,"kata dia. 

Viral Seorang Tukang Ojek Menangis Sesak Omeli Anaknya Ikut Tawuran

Untuk menghindari pihak polisi, tawuran dilakukan pada dini hari ketika situasi jalan masih sepi. Biasanya, para remaja ini tergabung dalam “genk” yang melibatkan tidak hanya teman satu sekolah tetapi juga teman beda sekolah. 

" Karenanya kontrol orang tua penting, makanya kalau anak mau kumpul dengan temannya, saya kadang suruh di rumah saya aja dan dia duduk dan bisa pantau, dibanding nongkrong di tempat lain," kata dia. 

Dengan pergeseran pola menghimpun kerumunan dengan menggunakan media sosial, Retno juga mengatakan bahwa orang tua juga mesti mampu mengikuti perkembangan teknologi dan media sosial. Menurutnya orang tua juga harus punya akun media sosial anaknya. 

"Orang tua juga harus punya instagram karena di situ mereka kerap janjian untuk tawuran. Engga apa - apa kepo, kan untuk kebaikan anak juga," kata Retno. 

Selain itu, orang tua juga harus mampu mengenali potensi anak, dan mendorong anak-anak untuk mengikuti kegiatan positif. Dengan banyak waktu mengikuti kegiatan positif, lanjut Retno, bisa mengurangi energinya untuk melakukan hal negatif, seperti tawuran. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya