Anak obesitas, Bagaimana Mengatasinya?

Ilustrasi anak obesitas.
Sumber :

VIVA – Obesitas masih menjadi penyakit yang populer di tengah masyarakat. Sebuah penelitian menunjukkan hampir 22 persen masyarakat dunia diprediksi mengalami obesitas pada 2045.

Tips Memberi Pemahaman Soal Keuangan kepada Anak

Sebuah riset dari New England Journal of Medicine memperkirakan 10 persen dari populasi di dunia saat ini mengalami obesitas. Riset ini menunjukkan tingkat obesitas meningkat dua kali lipat di 73 negara.

Kini, masalah obesitas bukan hanya melanda orang dewasa saja. Belakangan ini, kasus obesitas juga menyerang anak-anak. Bagi sebagian orangtua, anak dengan kondisi tubuh gemuk itu menggemaskan. Padahal dari sisi kesehatan tidak demikian.

Moms, Ini Cara agar Tak Mudah Stres dan Bisa Bonding dengan Anak

Lalu, bagaimana untuk mengatasi masalah obesitas pada anak?

Dokter gizi dari Prodia, dr.Eva Kurniawati, M. Gizi, Sp. GK menyebut bahwa yang perlu diperbaiki adalah aktivitas si anak, bukan dari mengurangi jumlah makananannya. Hal ini lantaran, mereka masih dalam fase pertumbuhan.

7 Perilaku Gaslighting Orangtua pada Anak, Banyak yang Gak Sadar

“Mereka dalam masa pertumbuhan. Pendekatannya adalah dengan menambah aktivitasnya, bukan makan dikurangi,” kata dia saat ditemui di kawasan Dharmawansa Jakarta Selatan, Rabu, 17 Oktober 2018.

Dia melanjutkan, bukan hanya itu, baik keluarga dan orang-orang yang ada di lingkungannya pun harus kompak untuk memperbaiki pemilihan makanan yang dikonsumsi si anak. Yaitu sesuai dengan kebutuhan nutrisinya. Selain itu penting juga untuk mengontrol diri dengan mengajarkan anak arti dari lapar dan kenyang.

“Kenali dulu lapar dan kenyang. Lapar itu bukan sampai perut perih kerucuk kerucuk. Itu namanya kelaparan. Contohnya makan terakhir jam 7 malam kemudian belajar dan kemudian tidur dan pagi bangun kita lapar kan. Nah itu adalah lapar. Kenyang juga harus dikenali. Bukan sampai sendawa,” kata dia menjelaskan.

Di sisi lain, dokter keolahragaan, dr. Wisnu untuk aktivitas yang bisa dijalankan oleh anak adalah dengan melakoni sejumlah permainan aktif.

“Prinsipnya anak kecil kan belum bisa diberi instruksi olahraga seperti orang dewasa. Anak kecil bisa main permainan yang aktif sampai meningkatkan frekuensi napasnya,” kata dia.

Untuk frekuensinya, kata dia, bisa dilakukan setiap hari dengan durasi waktu 60 hingga 120 menit.

“Tapi juga orangtua harus hati-hati dalam memilih aktivitas. Jangan sampai dia kelelahan. Kalau kelelahan dia justru enggak mau makan dan mudah sakit. Kelelahan juga membuat dia sulit untuk mau belajar atau buat PR,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya