Pasca Melahirkan, Setidaknya Tunggu 1 Tahun Sebelum Hamil Lagi

Ilustrasi kehamilan.
Sumber :
  • Pixabay/ ekseaborn0

VIVA – Jarak kehamilan yang terlalu dekat, disebut berbahaya bagi ibu dan juga janin yang dikandungnya. Itu lah sebabnya, banyak dokter menganjurkan untuk mengambil jarak antara satu kehamilan ke kehamilan selanjutnya. Namun, masih banyak ibu yang tidak tahu berapa lama jarak yang ideal antara kehamilan.

Selamat! Mpok Alpa Umumkan Hamil di Usia 37 Tahun

Sebuah penelitian baru menyatakan bahwa harus ada jeda setidaknya satu tahun setelah melahirkan ketika ingin hamil lagi. Ibu harus menunggu selama itu untuk menghindari risiko kesehatan. Hal itu diungkapkan oleh sebuah studi yang belum lama ini dilakukan.

Studi yang telah dipublikasikan di jurnal JAMA Internal Medicine dan dilakukan oleh University of British Columbia (UBC) dan Harvard TH Chan School of Public Health itu meneliti hampir 150.000 kelahiran di Kanada.

Cerita Dokter Boyke Tangani Pasien 2 SMP yang Perawan Tapi Hamil, Kok Bisa?

Dilansir dari Indian Express, Jumat, 2 November 2018,  jeda satu tahun itu memastikan bahwa risiko seperti kematian ibu, kelahiran prematur dan bayi yang lebih kecil dapat dihindari.

Ibu hamil.

Posko Mudik Perempuan Bisa Cek Kehamilan, Tekanan Darah Hingga Sedia Kondom! Catat Titiknya

Dr Wendy Norman, penulis senior studi itu mengatakan bahwa temuan itu seharusnya menjadi kabar baik bagi ibu yang berusia lebih tua.

“Ibu yang lebih tua untuk pertama kalinya memiliki bukti yang sangat baik untuk mengatur jarak antar anak-anak mereka. Memberikan jeda satu tahun harus bisa dilakukan banyak wanita dan jelas bermanfaat untuk mengurangi risiko komplikasi,” katanya.

Satu tahun hingga 18 bulan dianggap sebagai waktu yang ideal antara melahirkan dan hamil lagi.

"Studi kami menemukan peningkatan risiko pada ibu dan bayi ketika kehamilan berjarak dekat, termasuk untuk wanita diatas usia 35 tahun. Ini penting untuk wanita yang lebih tua, karena mereka cenderung memiliki jarak kehamilan yang lebih dekat dan mereka sering melakukannya dengan sengaja,” kata Laura Schummers, penulis utama studi.

Namun, karena studi ini hanya melihat satu bagian wanita di Kanada, maka belum bisa dipastikan bagaimana temuan akan berlaku untuk bagian dunia lainnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya