Cegah Bullying, Sekolah Diminta Hadirkan Pendamping Khusus

Ilustrasi bullying
Sumber :
  • Pixabay/Gerd Altmann

VIVA – Maraknya aksi kekerasan yang ada di sekolah, baik itu antarkakak dan adik kelas atau pun teman sebaya, membuat pemerintah meminta sekolah mengadakan pendampingan khusus, terutama pada masa orientasi sekolah atau tahun ajaran baru.

Skandal Baru! Aktris Money Heist Korea Jeon Jong Seo Dituding Terlibat Bullying

Hal itu, membuat ratusan sekolah di wilayah Tangerang, Banten yang tergabung dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) menerapkan sistem teman pendamping. Di mana sistem ini mengajarkan kakak kelas sebagai sahabat dari adik kelas atau pun siswa baru.

"Kita lihat, makin banyak aksi kekerasan sesama pelajar atau bully. Bahkan, aksi tersebut dilakukan mereka di wilayah sekolah," kata Asisten Daerah 1 Kabupaten Tangerang, Heri  Heriyanto saat menghadiri Festival Pendidikan di QBig BSD, Tangerang, Jumat, 3 Mei 2019.

Buntut Dugaan Kasus Bullying, Agensi Jeon Jong Seo Ambil Tindakan Hukum

Hal ini, kata dia, tentu miris bagi dunia pendidikan. Karena itu, Pemerintah Daerah meminta agar platform pendidikan, yakni GSM mengajak sekolah yang tergabung di dalamnya untuk menerapkan sistem yang berbeda dengan memberi pelatihan yang baik kepada siswanya agar mampu menjadi sahabat pendamping siswa baru.

Di wilayah Tangerang pun tak dimungkiri adanya aksi bully yang dilakukan, baik itu secara fisik maupun non-fisik. Tercatat, sebanyak dua kasus sepanjang tahun 2018. Pelaku kasus bullying di sekolah itu pun diberi sanksi pemberian binaan khusus.

Agensi Benarkan Song Ha Yoon Pernah Dipindah Sekolah karena Kasus Bullying

Sementara pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal mengatakan, pihaknya akan secara bertahap mengubah kultur pendampingan yang tidak lagi dilakukan guru, melainkan dilakukan oleh teman sebaya atau kakak kelas.

"Menghadapi revolusi 4.0 ini, bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal sistem yang harus diperbaiki. Salah satunya pendamping itu. Bukan hanya itu saja, cara belajar secara langsung dengan bentuk tim atau kelompok pun juga dapat mengurangi aksi bully, di mana mereka tidak hanya belajar soal teori tapi praktiknya," tuturnya.

Seperti yang hadir di QBig, Tangerang, ratusan sekolah yang tergabung dalam GSM menampilkan hasil karya dari para peserta didik sebagai bentuk pembaruan sistem belajar yang menyenangkan.

"Sekarang kita bisa lihat, di sini banyak hasil karya anak didik. Ini dibuat secara kelompok yang tergabung dari kakak kelas dan adik kelas. Mereka bisa bekerja tim tanpa ada bully. Hal inilah yang harusnya dan akan diterapkan nanti pada tahun ajaran baru supaya mereka dapat berkembang dan mampu beradaptasi secara baik," ucapnya. (rna)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya