Logo DW

Cara Mengurangi Derita Anak Akibat Perpisahan Orangtua

Fotolia
Fotolia
Sumber :
  • dw

Perpisahan tidak seharusnya jadi malapetaka tanpa ujung bagi anak jika saja para orang dewasa yang terlibat tetap mengingat satu hal: mereka tetaplah orangtua.

Psikolog perkembangan Harald Werneck dengan jelas mengingat seorang anak berusia 12 tahun yang tidak mau memakan makan siangnya di sekolah. Padahal bekal makan siang itu telah dibungkus sang ayah untuknya.

Akibatnya, ayah anak itu sangat marah pada bocah tersebut, sehingga ia menceraikan ibu sang bocah dan pergi - atau setidaknya, itulah yang dipikirkan bocah itu dalam benaknya.

Anak-anak memiliki perspektif tersendiri tentang perpisahan orangtua mereka. Mereka menarik kesimpulan yang mungkin tampak tidak masuk akal bagi orang dewasa, namun sangat masuk akal di mata anak tersebut. Dan kesalahan penafsiran ini terus melekat di benak mereka.

Jadi apa yang dapat dilakukan orangtua untuk membuat perpisahan menjadi lebih mudah bagi anak-anak? Hal apa saja yang tidak boleh dilakukan, tidak peduli seberapa marah, sedih atau sakit hati para orangtua jika hubungan mereka berantakan?

Tidak mesti jadi kabar buruk

Corinna, bocah berusia sembilan tahun mengatakan, dia menikmati "pagi yang cukup teratur" sampai suatu saat sang ibu memintanya datang ke ruang tamu. Di situlah dia diberi tahu bahwa ayahnya akan pergi. Hari itu juga.