Paparan Gadget Picu Anak Tak Sabaran hingga Individualis

Anak bermain HP atau gadget.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Penggunaan gadget yang masif oleh generasi milenial dilanjutkan generasi alfa, akhirnya membawa pengaruh pada pola pengasuhan dan karakteristik anak. Paparan gadget berlebihan pada anak bisa memicu dampak tidak baik dalam tumbuh kembang anak.

Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"

Dari sisi positif, mereka memang lebih kreatif dan mandiri. Sayangnya, paparan gadget juga cenderung membuat anak tidak sabaran dan tidak mengenal proses.

"Ada istilah yang namanya instant gratification. Jadi, anak-anak ingin segera dipuaskan. Kepingin apa, harus dapat sekarang. Alhasil, mereka jadi gampang bosan, ngambek, dan cranky,” ujar Psikolog Ajeng Raviando dikutip dari siaran pers Gue Sehat, Kamis, 25 Juli 2019.

Biadab! Israel Eksekusi Anak Palestina Beramai-ramai dari Usia 4-16 Tahun

Ini pun ditunjukkan dalam survei Gue Sehat. Sekitar 30,3 persen partisipan mengaku bahwa karakter yang paling dominan dirasakan dari anak-anak mereka adalah tidak sabaran. Sedangkan 5,2 persen ibu mengakui anak mereka cenderung individualis.

Selain tidak sabaran, kurangnya memahami proses juga membuat anak-anak generasi alfa memiliki empati yang lebih rendah, keterampilan sosial tidak terasah, dan kurang tangguh.

Jelang Lebaran, Irish Bella Ajarkan Anak Cara Bedakan Nominal Uang THR

"Kalau orang yang memahami proses kan pernah salah, gagal, dan tahu kalau rasanya tidak enak. Dari kegagalan-kegagalan tadi justru membentuk seseorang menjadi lebih banyak akal, tidak mudah menyerah, dan tidak mudah putus asa," ujar Ajeng.

Meski terkesan sederhana, ternyata mengajarkan anak mengenai proses perlu dilakukan sejak dini demi masa depannya. Sebab, anak yang tidak terbiasa menjalani proses dan menghadapi kesulitan secara mandiri, selalu dilayani, dan sebagainya, cenderung mudah frustrasi saat menghadap rintangan atau kegagalan.

Orangtua juga harus tega membatasi penggunaan perangkat elektronik, salah satunya gawai pada anak. Dianjurkan batasan penggunaan gadget untuk anak di bawah 18 bulan adalah hanya boleh melakukan video call. Sedangkan usia 18-24 bulan tidak boleh lebih dari 30-45 menit dan harus didampingi orangtua.

Untuk usia 2-5 tahun, anak boleh menonton selama 1 jam tetapi tidak boleh bermain game. Sementara untuk usia 6 tahun ke atas (usia Sekolah Dasar) hanya 1-2 jam sehari. Itu pun hanya menonton tetapi tidak boleh memasukkan aplikasi game apa pun di handphone. Kalau ingin bermain game, hanya boleh di akhir pekan.

Menurut Ajeng, selain karakter tidak sabaran, paparan gadget di bawah usia 5 tahun dapat menganggu perkembangan motorik kasar.

"Kalau kita bicara anak zaman sekarang, banyak lho yang tidak bisa main sepeda. Belum tentu juga mereka bisa berenang. Padahal, hal-hal dasar itu dibutuhkan oleh anak untuk bisa mempertahankan diri dalam kondisi tertentu," tutur Ajeng. (ldp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya