Perlu Gak Sih Anak Ikut Bimbel? Pertimbangkan Dulu Nih Plus Minusnya

Ilustrasi orangtua antar anak ke sekolah.
Sumber :
  • Freepik/zalkina

VIVA – Banyak cara untuk mendukung meningkatnya prestasi anak di sekolah, salah satunya adalah mengirim anak untuk mengikuti bimbingan belajar di luar kegiatan sekolah. Meski banyak orangtua yang memilih jalan tersebut, namun tidak sedikit yang akhirnya menyesal karena justru kegiatan tersebut membuat anak menjadi lelah dan jenuh. 

Menteri Nadiem: Hadapi Asesmen Nasional, Siswa Tak Perlu Bimbel

Laman Oxford menyebut bahwa saat ini banyak orangtua yang belum bisa memahami perkembangan anak secara utuh. Sehingga banyak orangtua mengirim anaknya ke bimbingan belajar karena panik dan takut buah hatinya tertinggal dari yang lain. Padahal sikap itu justru membuat potensi anak jadi tidak berkembang. Karena itu, orangtua harus memahami pentingnya kegiatan les dan kebutuhan anak.

Aditiawarman, Marketing Executive Eye Level Indonesia di Jakarta mengatakan bahwa, sebelum mendaftarkan anak ikut bimbingan belajar, ada beberapa benefit yang harus dipahami.

Pentingnya Melatih Anak Berpikir Kritis

"Pertama, anak akan punya pengalaman berbeda dari yang ia dapat di sekolah, selain itu anak akan mendapatkan atensi yang fokus dari para tutor," ujarnya beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, anak juga bisa dengan nyaman dan leluasa bertanya soal kemampuan belajarnya, sehingga bisa memunculkan rasa percaya diri anak. "Lembaga pendidikan non formal yang baik biasanya bisa memahami kemampuan anak, sehingga anak bisa ditempatkan dengan level yang berbeda-beda. Tujuannya agar anak bisa punya pondasi dalam belajar," ujarnya.

Keren, Si Kembar dari ITS dan ITB Bikin Aplikasi Bimbel

Di sisi lain, Aditiawarman memberikan rekomendasi tempat tutor yang mendukung anak secara total.

"Eye Level lembaga pendidikan non-formal yang memiliki materi pembelajaran seperti Matematika, Math, Play Math, English, English Sparks dan Happy Talk untuk anak usia 3 hingga 15 tahun. Lembaga ini fokus pada materi pembelajaran Matematika dan Bahasa Inggris untuk anak usia 3 hingga 15 tahun," ujarnya.

Salah satu keunggulannya adalah memiliki materi pembelajaran Critical Thinking Math yang membantu anak berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah melalui latihan soal matematika. Critical Thinking ini juga akan berguna bagi masa depan anak untuk memecahkan masalah dalam setiap persoalan.

Eye Level Bisa Dijadikan Bisnis Sampingan

Di sisi lain, saat ini Eye Level hadir untuk menjawab peluang waralaba pendidikan di Indonesia. Dengan biaya lisensi terjangkau, lembaga Pendidikan dari Korea Selatan ini sudah terbukti menjadi pioneer pendidikan di negara asalnya selama lebih dari 40 tahun. 

“Eye Level, pilihan tepat bagi yang ingin memulai bisnis waralaba khususnya di bidang pendidikan.  Dengan biaya 5 juta rupiah sudah bisa memiliki bisnis sendiri. Bisnis pendidikan adalah bisnis jangka panjang yang akan selalu dibutuhkan di setiap generasi untuk masa depan anak”.

Tak hanya itu, waralaba Eye Level pun hanya perlu membayar lisensi satu kali seumur hidup. Ada tiga pilihan model bisnis, yaitu Home Class, Franchise Regular dan School Project. Saat ini Eye Level sudah memiliki lebih dari 120 learning center hampir di seluruh wilayah Indonesia.

“Dalam menjalankan bisnis, mitra Eye Level juga akan diberikan support berupa buku, alat pengajaran, welcome kit untuk siswa, training untuk mitra dan pengajar, pendampingan berkesinambungan, serta kegiatan marketing yang dilakukan oleh Eye Level pusat."

Lebih lanjut, calon mitra Eye Level tidak hanya untuk dari kalangan pebisnis saja, namun juga sangat terbuka bagi para praktisi pendidikan bahkan ibu rumah tangga yang ingin memiliki bisnis namun tidak harus beranjak dari rumah. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya