New Normal, Pakar Larang Anak dengan Asma Masuk Sekolah

Ilustrasi anak sekolah
Sumber :
  • Freepik/Tatiana_gordievskaya1

VIVA – Pemerintah berencana untuk membuka kembali aktivitas di luar rumah, termasuk anak-anak yang kembali bersekolah. Namun, pakar menyebut, anak adalah kelompok rentan tertular COVID-19 terlebih jika memiliki asma.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Kekhawatiran mulai dirasakan banyak orang, khususnya para orangtua yang berat untuk mengembalikan anaknya masuk sekolah di tengah pandemi COVID-19. Ùntuk itu, pakar menyarankan mereka yang memiliki asma untuk tetap di rumah.

Baca juga:  Studi: Pasien COVID-19 Tak Akan Menularkan Virus Setelah 11 Hari Sakit

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

"Anak dan orang-orang dengan asma adalah kelompok yang rentan. Kelompok itu tak disarankan kembali ke sekolah atau kantor di saat seperti ini (pandemi)," tulis pernyataan resmi pakar di Inggris, dikutip dari laman Daily Star.

Lebih lanjut, pakar menyebut kelompok anak secara konsisten menunjukkan risiko rendah terhadap keparahan gejala akibat COVID-19. Namun, pada anak pengidap asma, kondisi tersebut bisa sangat memberatkan.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

"Karena kerentanan kelompok itu, artinya mereka memiliki risiko tinggi mengalami gejala berat jika tertular virus corona," lanjut pernyataan itu lagi.

Untuk kembali bersekolah, pemerintah di Inggris dianjurkan harus mampu mengontrol beberapa hal seperti jumlah siswa di kelas, mengawasi dengan ketat kebersihan kelas dan personal tiap murid, serta meminimalkan kerumunan saat istirahat.

Sejalan dengan itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Agama intensif mengkaji rencana pembukaan kegiatan belajar mengajar di sekolah pada 13 Juli 2020. Merunut dari data penularan COVID-19 pada anak, KPAI kata Retno, minta Kemendikbud dan Kemenag belajar dari negara lain dalam langkah pembukaan sekolah.

"Beberapa negara membuka sekolah setelah kasus positif COVID-19 menurun drastis bahkan sudah nol kasus. Itupun masih ditemukan kasus penularan COVID-19 yang menyerang guru dan siswa. Peristiwa itu terjadi di Finlandia. Padahal mereka tentu mempunyai sistem kesehatan yang baik. Persiapan pembukaan yang matang. Sekolah pun jadi klaster baru," kata Retno.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya