Pandemi Corona, 24 Juta Balita Indonesia Berisiko Alami Gizi Buruk

Ilustrasi orangtua dan anak
Sumber :
  • Pixabay/ParentiPacek

VIVA – Saat pandemi virus corona atau COVID-19 seperti sekarang ini, isu nutrisi di Indonesia perlu menjadi perhatian khusus. Terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak. Selain itu, Indonesia juga masih menghadapi tantangan permasalahan gizi buruk, khususnya stunting. 

Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"

Prevelensi terakhir di Indonesia berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019 menunjukkan, sebesar 27,67 persen atau dapat dikatakan, setiap 10 anak ada 3 di antaranya yang menderita stunting. 

Angka tersebut sayangnya masih di atas yang diisyaratkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni minimal 20 persen. Hal ini cukup mengkhawatirkan, karena akibat pandemi COVID-19, anak-anak yang menderita kurang gizi di Indonesia berpotensi semakin meningkat. 

Biadab! Israel Eksekusi Anak Palestina Beramai-ramai dari Usia 4-16 Tahun

Padahal, selain berperan bagi pemenuhan kebutuhan gizi dan tumbuh kembang anak. Nutrisi harian juga dapat memengaruhi kondisi kesehatan anak dan menentukan masa depan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Gelar Pesta Nikah di Era New Normal, Aturannya Seperti Ini

Jelang Lebaran, Irish Bella Ajarkan Anak Cara Bedakan Nominal Uang THR

Menurut Peneliti Madya Bidang Kepakaran Pangan dan Gizi, Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna (P2TTG), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Ainia Herminiati, ST., M.Si., dampak ekonomi di tingkat rumah tangga, sangat memengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar anak, yaitu makanan. 

"Permasalahan gizi anak merupakan salah satu risiko dampak sosio - ekonomi terhadap anak-anak di Indonesia yang ditimbulkan pandemi COVID-19. Di mana 24 juta balita berisiko lebih tinggi mengalami kurang gizi atau gizi buruk selama masa pandemi," ujarnya saat Webinar Kolaborasi Danone SN Indonesia dan LIPI, Kamis 9 Juli 2020.

Lebih lanjut Ainia menjelaskan, perlu ada komoditas esensial yang kaya nutrisi untuk mendukung anak-anak. Sehingga dapat menyangga kebutuhan nutrisi mereka, minimal selama dua bulan. 

"Oleh karena itu, perlu ada upaya bersama. Baik itu dari pihak swasta maupun pemerintah untuk saling berkolaborasi, mendukung tersedianya akses produk bernutrisi bagi anak-anak Indonesia," kata Ainia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya