Ternyata, Ngefans Berat Sama Idola Bisa Rentan Depresi

Ilustrasi penggemar/fans artis dan selebriti
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rintan Puspitasari

VIVA – Menjadi penggemar seorang tokoh idola atau menjadi fans, baik karena tampilan atau perilaku yang disukai kerap menjadi 'hobi' pada remaja. Tetapi, menyukai secara berlebihan ternyata bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.

Curhat Ria Ricis Lalui Masalah Perceraian, Pede Lagi Berkat Dukungan Fans

Remaja sering kali memiliki satu atau lebih idola. Dari idolanya itu, tak jarang dijadikan sebagai panutan dalam menjalani aktivitas bahkan mencontoh gayanya.

"Saat remaja cari idolanya di media sosial, ia akan coba mencontohi idolanya itu. Tapi dia bisa saja tak cocok dengan gaya pakaian atau kehidupannya," ujar dokter spesialis kesehatan jiwa, dr. Iman Firmansyah Sp.KJ., dalam acara Hidup Sehat tvOne, Selasa 15 September 2020.

SMASH Anniversary ke-14 Penampilannya Bikin Kaget Fans, Bisma: Kami Tidak Tenggelam

Ia mencontohkan banyaknya remaja yang menyukai artis Korea yang tengah booming. Tak sedikit juga yang menjadi fans fanatik sehingga benar-benar meniru gaya busana artis tersebut.

Baca juga: Cara Baru Ketemu Idola Lewat Live Streaming

Cerita Warga Hadiri Open House Jokowi: Motoran ke Istana dari Jam 1 Pagi, dan Boyong Sekeluarga

Kondisi ini yang memicu terjadinya depresi lantaran teman-teman di lingkungannya mengolok-oloknya.

"Seperti mengidolakan pada artis Korea tapi badan remaja ini besar dan pakaiannya dicoba seperti artis Korea yang kecil. Malah dibully nantinya. Salah satu faktor picu depresi karena dibully itu," terangnya.

Maka dari itu, kata Iman, remaja harus mulai bisa menyaring hal-hal apa yang sebaiknya dicontoh dan ditiru dari idolanya. Peran orang tua juga sangat kuat dalam mewarnai kehidupan remaja.

"Orang tua juga bisa menjadi contoh pada remaja. Jadi kita sebaiknya menunjukkan sikap yang bijaksana dan penuh kasih sayang pada anak remaja," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya