Moms, Jangan Sepelekan Perkembangan si Kecil saat Pandemi COVID-19

Ilustrasi anak belajar dunia digital
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Keadaan pandemi mendorong masyarakat untuk lebih banyak melakukan aktivitas bersama keluarga di rumah, termasuk dalam memenuhi kebutuhan ibu dan anak. 

Kemenag Berikan Bantuan untuk Pendidikan Islam dan Pesantren: Simak Syarat dan Ketentuannya

Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd yang menjadi salah satu pembicara pada POPAC 2020 mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 memperkenalkan berbagai tantangan baru bagi para orang tua.

Adanya perubahan rutinitas yang drastis, kesulitan interaksi psikososial dan ekonomi, manajemen emosi dan energi hingga adaptasi terhadap teknologi yang jadi tantangan tersebut.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Baca juga: Pilih Cerai Demi Seks dan Uang, Wanita Ini Punya 9 Sugar Daddy

“Melihat keadaan tersebut, orangtua perlu memperhatikan dan membangun lingkungan positif di rumah demi membantu membangun kepribadian anak unggul dengan cara hidup bijaksana dan baik di era PSBB ini,” katanya saat jumpa pers virtual Mencetak Anak Unggul dengan Cara Hidup Bijaksana dan Baik di ERA PSBB, Senin, 28 September 2020.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Momen orang tua bersama anak saat pandemi COVID-19 harus dimanfaatkan dengan baik. Menurut Rosdiana, kepribadian anak akan selesai terbentuk saat mereka menginjak usia 12 tahun.

"Jadi mumpung sekarang di rumah, bisa menjalani tugas memantau perkembangan dasar kepribadian anak," kata dia.

Rosdiana juga mengungkapkan bahwa anak harus punya sifat mandiri. Dengan demikian, diharapkan akan berkembang menjadi rentetan proses panjang yang akan membentuk kepercayaan diri pada anak.

"Mumpung di rumah biarkan anak beresin mainan sendiri. Kalau lagi belajar online, tidak perlu dia sekolah, misalnya empat jam lalu duduk di sampingnya terus. Karena dia perlu mandiri," tutur Rosdiana melanjutkan.

Ia mengatakan bahwa si kecil dapat diajarkan bagaimana bertanggungjawab dan mengelola emosi sendiri.

"Kalau sudah agak besar ajarkan dia tanggungjawab, harus belajar dari kecil. Belajar menerima risiko, belajar mengenal dan mengelola emosi juga," ujar Rosdiana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya