Fokus Pendidikan Saat Ini Bukan Soal Pemenuhan Ketuntasan Kurikulum

Ilustrasi anak sekolah.
Sumber :
  • Pixabay/Public domain pictures

VIVA – Akibat pandemi virus corona atau COVID-19, jutaan pendidik dituntut untuk menerapkan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Para guru dipaksa beradaptasi dengan cepat, beralih menggunakan teknologi, mengubah metode belajar, agar para siswa bisa belajar dengan baik, tanpa harus mengurangi kualitas pendidikan.

Mau Lebaran, Dua Kepala Sekolah Malah Jadi Tersangka Korupsi PPPK di Langkat

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Iwan Syahril, Ph.D., turut mengakui hal tersebut. Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November, dirasa berbeda karena kondisi pandemi.

"Ada sebuah kondisi pandemi yang terjadi secara global, kondisi yang membuat kita semua tercabut dari rutinitas. Kita bergerak dalam ruang yang tidak nyaman dan ini merupakan sebuah tantangan yang harus kita hadapi sama-sama," ujarnya dalam Webinar Hari Guru Nasional 2020 bertajuk Majulah Tenaga Pendidik Indonesia Timur, yang diinisiasi oleh Bank Central Asia (BCA), Kamis, 3 Desember 2020.

Guru PAI Dapat THR Lebaran, Kemenag Pastikan Tidak Ada yang Tertinggal

Lebih lanjut, Iwan mengatakan, memang ada opsi untuk merasa tidak berdaya, ada opsi untuk menyerah, namun juga ada opsi untuk bersikap positif, terus bangkit dan berjuang.

"Alhamdulillah yang kita lihat dari guru-guru di Indonesia termasuk di wilayah Timur, itu adalah semangat-semangat juang yang luar biasa yang menjadi inspirasi pantang menyerah. Dengan kondisi yang penuh keterbatasan, tetap mengupayakan bagaimana pembelajaran untuk anak-anak kita tidak terhenti," lanjut dia.

Oknum Guru MI di Bojonegoro Cabuli 8 Murid, Kemenag Bentuk Satgas

Iwan menegaskan, fokus pendidikan saat ini bukan masalah pemenuhan ketuntasan kurikulum, dari surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di bulan Maret 2020 lalu.

"Sudah ada kurikulum darurat yang membantu bapak ibu guru untuk bisa menyederhanakan kurikulum yang tadinya mungkin sangat banyak, bisa hanya fokus pada hal-hal esensial dan pokoknya saja. Sehingga kita tidak menjadi lebih stres lagi, karena itu juga hal yang perlu kita hindarkan, baik untuk guru dan siswa," kata dia.

Iwan memahami, guru-guru turut stres karena harus menuntaskan semua pembelajaran. Begitu pun dengan siswa yang mendapat tugas banyak dari para guru, dan tak terkecuali orangtua.

"Mudah-mudahan dengan adanya kurikulum darurat, yang sudah menyederhanakan fokus-fokus pada hal-hal yang bisa dikerjakan yang menjadi esensi dan mengutamakan pembelajaran yang bersifat relevan dengan saat ini,” ujarnya.

“Bapak ibu guru semua bisa mengelola pembelajaran, dan mudah-mudahan lebih terbantu. Tentunya tetap dengan kondisi pandemi banyak keterbatasan, tapi mudah-mudahan bisa lebih baik dan juga kepada murid-murid juga akan lebih baik," tutup Iwan Syahril.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya