Wacana Sekolah Tatap Muka, 5 Tips Dokter Anak Aman dari COVID-19

Uji coba Sekolah Tatap Muka SMP Di Semarang.
Sumber :
  • tvOne/Teguh Joko Sutrisno

VIVA – Sejak Pandemi COVID-19 merebak, hampir semua negara menutup sekolah dan memberlakukan pembelajaran jarak jauh. Namun, beberapa negara telah mulai memberikan kelonggaran berupa pembukaan sekolah, khususnya di zona hijau.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Di satu sisi, sekolah tatap muka memang metode belajar paling ideal namun tentu masih ada risiko penularan COVID-19 di sekolah. Dokter Spesialis Anak Primaya Hospital Bekasi Timur, dr. Tuty Mariana, SpA,  mengatakan bahwa hingga saat ini, belum diketahui pasti risiko infeksi virus SARS-CoV-2 pada anak-anak.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dari jumlah total penderita COVID-19 di seluruh dunia, sebanyak 8,5 persen merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Angka kematiannya pun lebih sedikit dan biasanya gejalanya lebih ringan. Namun tetap ada laporan pasien anak-anak yang kritis.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Risiko penularan di sekolah

Sejumlah penelitian terbatas yang dilakukan oleh sejumlah negara mendapati risiko anak tertular COVID-19 lebih kecil ketimbang orang dewasa. Anak yang diteliti antara lain yang berumur di bawah 18 tahun, 15 tahun, dan 9 tahun. Namun, berbeda dengan anak usia di bawah 1 tahun, risiko terkena COVID-19 lebih besar.

“Salah satu faktor yang mungkin memengaruhi risiko itu adalah sistem kekebalan anak. Pada anak usia di bawah 1 tahun, sistem kekebalannya masih lemah sehingga lebih rentan tertular COVID-19. Sedangkan anak yang lebih besar sudah sering diserang berbagai virus dan bakteri sehingga daya tahan tubuhnya lebih terlatih. Walau begitu, kemungkinan ini masih butuh penelitian lebih lanjut,” ujar dokter Tuty Mariana, dikutip dari keterangan persnya.

Menurut WHO, peran anak-anak dalam penularan COVID-19 secara umum belum sepenuhnya dipahami. Dokter Tuty menambahkan bahwa hingga saat ini, sejumlah kluster muncul di sekolah-sekolah di berbagai negara karena biasanya gejala pada anak lebih sedikit dan sakitnya tidak terlalu parah, kasus positif kadang tak terdeteksi.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Data studi awal pun menunjukkan tingkat penularan di kalangan remaja lebih tinggi ketimbang pada anak berusia lebih muda.

“Yang pasti, kesadaran anak untuk menerapkan protokol kesehatan secara umum lebih rendah ketimbang orang dewasa. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peran anak-anak dalam penularan COVID-19 di sekolah,” tuturnya.

Haruskah anak dengan kondisi kesehatan tertentu (penyakit komorbid) boleh kembali ke sekolah?

"Keputusan membolehkan anak kembali ke sekolah bergantung pada situasi penularan COVID-19 di lingkungan terkait, kesiapan sekolah dalam memberikan perlindungan, dan kesehatan anak itu sendiri. Bila ada masalah kesehatan yang membuat anak lebih rentan terhadap penularan COVID-19 di sekolah, orang tua sebaiknya memilih pembelajaran jarak jauh dulu,” ujarnya.

Namun, penyakit penyerta pada umumnya tidak ada atau belum muncul pada anak usia sekolah. Komorbid lebih banyak didapati pada orang dewasa, termasuk orang tua siswa. Itu sebabnya keputusan membuka kembali sekolah di tengah pandemi membutuhkan peran serta semua pemangku kepentingan.

Orangtua dan masyarakat umum wajib terus mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penularan pada anak-anak siswa sekolah. Sebab, anak pun bisa terinfeksi virus di rumah atau di jalan saat perjalanan pergi atau pulang sekolah. 

Berikut ini adalah tips agar anak aman ke sekolah di tengah Pandemi COVID-19 menurut Dokter Spesialis Anak Primaya Evasari Hospital dr. Ria Yoanita, SpA,.

1.Cek kesehatan anak, tetap di rumah jika sakit

Di masa pandemi COVID-19, setidaknya ada termometer untuk mengukur suhu tubuh anak setiap hari. Akan lebih baik lagi jika ada thermo gun yang lebih cepat menampilkan hasil pengukuran suhu tanpa bersentuhan dengan permukaan kulit. Jika suhu tubuh anak di atas batas, batuk, dan sesak napas sebaiknya minta izin untuk tetap di rumah. 

2.Mengajarkan praktik kebersihan untuk anak

Kebanyakan anak memang cenderung sulit menjaga kebersihan. Untuk itu, diperlukan trik agar anak bisa malpractice hidup bersih.

a. Mencuci tangan

Photo :
  • pixabay

Orangtua bisa mengajari anak mencuci tangan sambil menyanyi dengan durasi sekitar 20 detik. Pilih lagu kesukaan anak agar hatinya senang saat mencuci tangan.

b. Membawa air minum dan peralatan makan sendiri

Dimasa pandemi, membeli makanan dan minuman dengan peralatan dari penjual berisiko menimbulkan penularan. Sebab, alat-alat itu digunakan oleh banyak orang secara bergantian.

Meski sudah dicuci, tetap ada risiko penularan. Maka sebaiknya orang tua membawakan air minum dan makan sendiri dari rumah demi keamanan.

c. Membuang sampah pada tempatnya

Situasi pandemi membuat ajaran buang sampah dengan benar ini kian mendesak untuk diterapkan. Ajari anak cara mengenakan masker yang benar dan ingatkan untuk merusak masker dulu sebelum membuangnya agar tidak digunakan ulang.

3.Etika batuk dan bersin

Photo :
  • Freepik/freepik

WHO memperingatkan agar semua orang menerapkan etika batuk dan bersin, yakni:

a. Tidak melepas masker saat bersin atau batuk karena masker dapat menahan percikan.

b. Segera buang masker dan ganti dengan yang baru bila sudah basah.

c. Tidak menyentuh wajah saat bersin atau batuk. Gunakan tisu atau lengan baju bagian dalam untuk menutupi hidung dan mulut.

d. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun atau hand sanitizer setelah bersin atau batuk.

e. Orang tua dapat mengajari etika ini dengan memberikan contoh kepada anak. Anak akan lebih mudah mengikuti bila melihat langsung contoh dari orang tua.

4.Memilih transportasi untuk pergi ke sekolah di masa pandemi

Tidak disarankan untuk menggunakan transportasi umum bagi siswa untuk pergi dan pulang dari sekolah. Sebaiknya antar dan jemput anak dengan kendaraan pribadi bila memungkinkan.

Jika tidak, sekolah dapat berkoordinasi dengan dinas perhubungan di daerahnya untuk menyediakan sarana transportasi khusus siswa sekolah, tidak bercampur dengan masyarakat umum. 

5.Tidak menyentuh wajah, mata, hidung dan mulut

Droplet yang mengandung virus corona dapat memasuki tubuh manusia lewat tiga bagian yang berongga di wajah, yaitu mata, hidung, dan mulut.

Orang tua mesti tidak putus mengingatkan buah hatinya agar senantiasa mengenakan masker di sekolah. Ingatkan pula supaya tidak menyentuh wajahnya dengan alasan apa pun. Bila hendak menyentuh wajah, cuci tangan dulu dengan sabun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya