Pembelajaran Tatap Muka Diminta Ditunda, Ini Kata Satgas COVID-19

Ilustrasi anak sekolah/belajar.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana mulai menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka pada Juli mendatang. Namun, di tengah melonjaknya kasus COVID-19 di Indonesia, sejumlah pihak meminta agar kebijakan sekolah tatap muka ditunda.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Terkait hal ini, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19, Sonny Harmadi angkat bicara. Dalam program Hidup Sehat tvOne, Sonny menjelaskan bahwa pembelajaran tatap muka pada Juli mendatang adalah pilihan, bukan kewajiban

"Pemerintah akan lakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). PTMT adalah pilihan, bukan kewajiban. Tidak semua sekolah lakukan PTMT. PTMT tidak harus bersamaan atau serentak. Disesuaikan dengan sekolah dan zona wilayah,” ucapnya Rabu, 23 Juni 2021.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

“Perhatikan zona wilayah. Kalau sekolah tersebut di daerah zona merah, tidak diperbolehkan buka sekolah. Pembelajaran jarak jauh," katanya menambahkan.

Lebih lanjut, Sonny menjelaskan bahwa untuk pelaksanaan PTMT Juli mendatang, pihak sekolah juga harus memiliki sejumlah persiapan. Salah satunya memastikan bahwa pihak sekolah akan menyanggupi untuk mematuhi protokol kesehatan.

Sederet Tips Jitu untuk Turunkan Berat Badan Setelah Lebaran

"Sekolah harus siap dengan mengisi daftar kesiapan sekolah dan memastikan mereka akan sanggup mematuhi prokkes," kata Sonny.

Dia melanjutkan, sekolah yang sudah siap dan diizinkan pemda melakukan PTMT harus memperhatikan bahwa kuota siswa dalam PTMT hanya sebesar 25 persen.

"Tapi perlu kehati-hatian, pelaksanaan PTMT dengan kondisi jumlah siswa satu kelas tidak lebih dari 25 persen. 2 jam dalam 1 pertemuan dan 2 kali pertemuan dalam seminggu," kata Sonny.

Sonny juga menjelaskan bahwa pelaksanaan PTMT ini akan dimulai dari jenjang pendidikan yang tinggi. Yakni mulai dari Perguruan tinggi dan SMA/SMK.

"Menurut WHO memang tidak direkomendasi balita pakai masker akan berisiko. Oleh karenanya, PTMT kita mulai dari perguruan tinggi kampus karena mereka bisa kelola diri, kemudian SMA/SMK. Kalau sudah lebih aman ke SMP, kalau sudah aman ke SD, kalau sudah aman ke playgroup. Ini sesuai rekomendasi IDAI yang ingatkan dari dewasa dulu ke muda," kata Sonny.

Selain itu, pihak orangtua juga memiliki peran penting dalam proses PTMT. Orangtua harus memastikan bahwa anak sejak dari rumah sampai dengan ke sekolah aman dan ketika kembali ke rumah juga aman dari COVID-19.

"Risiko kita turunkan serendah mungkin. Peran orangtua penting karena menyiapkan anak-anak sebelum pembelajaran tatap muka terbatas. Anak-anak ini sebelum berangkat diingatkan rutin, ada proses pembelajaran di rumah tentang protokol kesehatan, bagaimana cara berinteraksi aman di sekolah, sehingga menurunkan risiko penularan," kata dia.

Sonny menambahkan, "Ingatkan anak lengkapi diri sebelum ke sekolah. Misalnya pakai masker, face shield dan seterusnya. Ingatkan tukar menukar alat tulis, alat makan, upayakan tidak makan dan minum di sekolah. Berikan contoh benar pakai masker, cara menjaga jarak dan cara cuci tangan. Ingatkan jangan berkerumun.”

Ia juga mengatakan bahwa orangtua juga harus memberi tahu anak, apa yang harus mereka lakukan jika menemui adanya gejala COVID-19.

Selain itu, orangtua juga harus mempersiapkan sejumlah kebutuhan anak seperti masker cadangan, hand sanitizer, tisu, alat tulis,alat ibadah pribadi, makan minum dan vitamin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya