Anak Rentan Stres Saat Pandemi, Kenali Gejala & Cara Mengatasinya

Anak stres.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Pandemi COVID-19 membawa perubahan pada kesehatan mental masyarakat dunia, termasuk kelompok anak. Minimnya interaksi sosial, kerap mendengar kabar buruk dan sebagainya, tentu turut berdampak pada mental anak selama di rumah.

Jadi Gampang Sakit, Benarkah Stres Mempengaruhi Sistem Imun?

Salah satu kesehatan mental yang kerap terlihat pada anak adalah stres, dan tentunya dialami oleh para orang tua. Berbeda dengan orang dewasa yang mampu mengenali emosi tersebut, anak akan sulit memahaminya. Untuk itu, orang tua perlu mengenali tanda saat anak mulai merasakan stres.

"Kita benar-benar harus bisa melihat dari perilakunya, apa yang berubah dari anak," ujar Psikolog Anak Samantha Elsener, M.Psi, dalam acara virtual bersama Good Doctor bertajuk "Healthy Kids Healthy Family", baru-baru ini.

Kim Jong Un Dikabarkan Punya Selingkuhan Seorang Penyanyi, Hingga Punya Anak Bersama

Tanda paling umum saat anak merasakan stres yakni dengan terlihatnya emosi yang naik-turun. Pada perilakunya, ditandai dengan pola tidur yang berubah, mendadak terlalu memilih makanan, hingga enggan ke sekolah bagi anak di usia sekolah. Samantha menyebut bahwa tanda tersebut sebaiknya menjadi alarm agar orangtua mulai jeli memperhatikan anak.

"Mau enggak mau orangtua harus jeli melihat kebutuhan anak. Anak butuhnya apa sih? Apakah kalau cranky aja kita udah bisa kita klasifikasikan sebagai anak yang lagi stres atau dia mengalami fase-fase sensory meltdown (tantrum) atau kelebihan informasi-informasi yang diproses di otak tengah," lanjut Samantha.

Viral Sosok Wanita Tersubur di Dunia, Lahirkan 44 Orang Anak Tanpa Suami yang Menafkahi

Gejala lainnya yang terjadi saat stres anak tak terkendali adalah mulai mengompol, di mana anak sebelumnya sudah lulus toilet training. Bahkan, gangguan lebih berat lainnya berupa tidur sambil berjalan.

"Itu indikasi ada kecemasan yang dirasakan oleh anak dan mengganggu dirinya. Lalu ada juga kondisi-kondisi yang mereka banting-banting barang, biasanya enggak pernah terus sekarang banting barang," beber Samantha.

Diakui Samantha, pandemi memicu stres anak lantaran mereka tak bisa belajar bersama para guru, teman-teman mereka, bermain, dan bergaul karena ada pembatasan sosial. Kondisi tersebut tentu berpengaruh pada kondisi mentalnya.

“Anak-anak sudah mulai bosan dan jenuh berada di rumah cukup lama. Sementara para orang tua yang selama ini membimbing anak-anaknya dalam belajar juga sudah mengalami titik jenuh. Sebagai pembimbing dan pengasuh utama anak selama pandemi, orangtua perlu menemukan cara-cara agar bisa mengelola rasa stres dan emosinya agar pendidikan dan perkembangan anak tetap optimal,” jelasnya.

Untuk mengurangi stres, Samantha menyarankan orangtua melakukan berbagai kegiatan yang fun selama di rumah seperti bermain board games, atau mengajak anak membantu pekerjaan rumah. Jika orangtua merasa tekanan yang dialami selama pandemi terlalu besar, jangan ragu untuk berkonsultasi kepada ahlinya, bisa melalui layanan telemedicine.

"Tantangan-tantangan ini tidak hanya dialami oleh para orangtua di situasi pandemi. Orangtua sebaiknya mencari informasi terus, jangan yang enggak akurat tapi yang valid. Kalau dirasa informasinya kurang tolong jadwalkan dengan ahlinya agar bisa mendapatkan penanganan yang sesuai," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya