Bahaya Paparan Konten Dewasa pada Anak, Dokter: Rentan Gangguan Jiwa

Ilustrasi laptop.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Pandemi COVID-19 memungkinkan seluruh lapisan masyarakat di berbagai usia memakai gawai dengan begitu bebas, termasuk anak yang tak dipantau orang tua. Paparan konten dewasa pun tak terhindarkan ketika anak mulai lihai berselancar di dunia maya.

Pengakuan Mengejutkan Wanita yang Bunuh Keponakan Lalu Disembunyikan di Tempat Dupa

Dipaparkan dokter spesialis kesehatan jiwa, dr. Lahargo Kembaren SpKJ, anak yang mulai kecanduan konten pornografi ditandai dengan perilaku dan perasaannya yang mulai 'tak biasa'. Terlihat di awal, anak akan semakin rajin memegang gawai meski bukan keperluan untuk sekolah.

"Gejalanya, mulai gunakan internet untuk cari konten dewasa lebih sering. Ketika berhenti muncul perasaan tidak nyaman. Kalau dilarang malah marah," jelasnya dalam acara Hidup Sehat, tvOne, baru-baru ini.

4 Perempuan Pernah Jadi Istri Ari Sigit, Suci Winata Masih Setia

Tak hanya itu, performa anak juga mulai menurun seperti nilai sekolah yang anjlok, terlambat mengumpulkan tugas, hingga bahkan tak mengerjakannya sama sekali. Anak juga mulai sulit bersosialisasi sehingga lebih sering terlihat menyendiri.

Bila gejala tersebut muncul, dokter Lahargo menyebut itu artinya paparan konten dewasa sudah berlebihan dan ganggu terhadap kehidupamln sehari-hari. Risiko yang bisa muncul kecanduan terhadap pornografi ini bisa gangguan di saraf otak

Tantrum Anak Bukan Hal Seram! Ini Rahasia Mengatasinya dengan Bijak

"Sama seperti adiksi terhadap rokok atau narkoba, bahkan bisa alami gangguan kejiwaan seperti ansietas, psikotik, bipolar. Anak alami kesulitan untuk jalani kehidupan sehari-hari," bebernya.

Orangtua diharapkan dapat membawa kembali anak menjadi lebih baik dan terlepas konten dewasa dengan mengarahkan perspektifnya. Ajari anak bagaimana berkomunikasi dan menjaga privasi ketika berselacar di dunia maya sehingga tetap aman dari konten pornografi.

"Setelau melihat ada perubahan, coba dekati dulu dengan komunikasi. Hadir bersama dia. Validasi perasaannya. Setelah ketemu problem, carikan solusinya," jelasnya.

"Orangtua harus kreatif agar bisa alihkan dia dari adiksi konten pornografi. Misal melakukan digital detoks sambil ajak main di rumah, kalau belum dapat hasil maka segera konsul ke psikiater," pesannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya