Penyakit Jantung Bawaan Berisiko Sebabkan Bayi Meninggal

Ilustrasi bayi meninggal | Photo by Vidal Balielo Jr. from Pexels
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Center of Disease Control and Prevention (CDC), diperkirakan 1 dari 100 bayi baru lahir mengalami Penyakit Jantung Bawaan (PJB). Sementara seperempat atau 25 persen dari bayi baru lahir, merupakan PJB kritis atau yang mengancam nyawa. 

Cekcok dengan Istri, Seorang Pria di Surabaya Banting Bayinya yang Berusia 6 Hari

Kondisi tersebut seringkali terlambat diketahui atau dideteksi, hingga berujung pada kematian yang tidak diketahui penyebabnya. 

Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Rizky Adriansyah, SpA(K), M.Ked, mengatakan, PJB merupakan jenis penyakit yang mengancam nyawa. 

Selamat! Dude Harlino dan Alyssa Soebandono Dikaruniai Anak Ketiga

"Apabila tidak segera ditangani, bayi meninggal dalam beberapa hari bahkan beberapa jam, ada yang terjadi seperti itu lebih cepat. Atau beberapa bulan kemudian," ujarnya saat media breafing bersama IDAI, yang digelar virtual, Senin 13 Desember 2021. 

Mirisnya, dokter Rizky mengungkapkan, sepanjang tahun 2021, diperkirakan ada sekitar 2000 bayi yang lahir dengan penyakit jantung bawaan. 

Warga Dikejutkan Penemuan Mayat Bayi Laki-laki di Kali Cikeas

"Sebagian besar meninggal. Meninggal kenapa? Salah satunya saya menyebutnya istilahnya dengan tetralogi terlambat. Jadi, kasus yang tampak itu seolah-olah sedikit, padahal kasusnya cukup banyak, oleh karena sulitnya menegakkan diagnosis pada penyakit jantung bawaan," kata dia. 

Lalu, bagaimana cara mencegah bayi PJB kritis agar tidak terlambat didiagnosis? Rizky mengatakan, ada empat cara yang bisa dilakukan. Apa saja? 

"Pertama. Lakukan skrining PJB kritis dengan alat pulse oksimeter pada seluruh bayi sehat bugar, saat usia 24 - 28 jam atau sebelum bayi dipulangkan," tuturnya. 

Kemudian yang kedua, lakukan pencatatan hasil skrining PJB kritis. 

"Tiga. Jika hasil skrining positif, segera rujuk bayi ke rumah sakit. Sebelum merujuk, lakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)," terang dia. 

Terakhir menurut dr. Rizky, hindari pemberian terapi oksigen berlebihan, saat merujuk bayi ke rumah sakit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya