Studi: Cuti Melahirkan 6 Bulan Jaga Performa Kerja dan Kesehatan Ibu-Anak

- Freepik/lookstudio
"Ketahanan pangan jauh lebih mapan kalau, salah satunya, persentase (sukses) ASI ekslusif, naik. Karena statis kesehatan kelaurga naik, terutama ibu. ASI ekslusif bukan hanya ke anak tapi juga ke ibu. Fisik lebih bagus dan nggak gampang stres, penyakit tidak menular jangka panjangnya lebih rendah pada ibu dan anak. Potensi memiliki penyakit keganasan lebih rendah," ujarnya
Penelitian Basrowi dkk buruh perempuan hanya 19 persen yang berhasil ASI eksklusif, berpotensi stress post partum yang berlanjut dan adanya gangguan hormonal. Penelitian Basrowi dkk menunjukkan pekerja perempuan 2 kali lebih besar mengalami gangguan menstruasi karena faktor pekerjaan (occupational hazards) terutama setelah kembali dari cuti melahirkan 3 bulan.
"Keuntungannya Cuti Melahirkan 6 bulan apa saja? Kualitas menstruasi baik, maka kualitas kesehatan lebih baik. Stres postpartum lebih kecil, karena hormon oksitosin dihasilkan dari ASI. Kebugaran ibu yang beri ASI 6 bulan, begitu kerja lagi lebih fit karena ASI ekslusif itu weight management yang bagus," imbuhnya.
Ilustrasi ibu menyusui
- U-Report
Ketiga manfaat itu, pada akhirnya memberi manfaat pada performa kerja ibu dan membuat perusahaan menghasilkan keuntungan lebih besar. Metode ini, kata Ray, akan lebih efektif karena merasionalisasi investasi cuti 6 bulan akan memberi dampak menguntungkan bagi pemilik usaha dan bukan beban pembiayaan karena gaji dianggap tetap dibayar meskipun tidak bekerja.
"Dan sebagai peneliti kedokteran kerja, kami meyakini metode ini akan memberi substansiasi yang kuat karena baik secara teori maupun kajian apliaksi real-world di negara maju, pasti cuti 6 bulan lebih bisa meningkatkan produktivitas pekerja perempuan dibanding hanya cuti 3 bulan,” ungkap dr Ray yang sering memberi edukasi lewat akun instagram @ray.w.basrowi
Konsep bukti ilmiah efektivitas cuti 6 bulan bisa dilakukan dengan model kohort retrospektif yaitu melihat perusahaan yang sudah menerapkan kebijakan ini dan menghitung parameter produktivitas dan pencapaian kinerja karyawan atau buruh yang kembali bekerja setelah cuti 6 bulan dibandingkan yang cuti 3 bulan saja.