Jangan Asal Masak, Pakar Ungkap Trik Goreng Ikan Tanpa Hilangkan Gizi Penting

Wasabi di atas ikan segar
Sumber :
  • Pixabay/ Wantawatt0

VIVA Parenting – Pemerintah tengah gencar mengupayakan pencegahan stunting pada anak agar memiliki generasi muda yang berkualitas di masa depan. Upaya yang tengah digencarkan adalah dengan edukasi pemberian protein hewani yang baik dalam tumbuh kembang anak, namun sayangnya banyak para moms yang salah dalam mengolah makanannya hingga mengikis sumber zat penting bagi tubuh.

Kolesterol Naik Usai Lebaran? Jangan Panik, Ini 5 Tips Menurunkannya

Guru Besar Ilmu Gizi IPB University dan Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia, Prof. Dr. Hardinsyah, M.S., mengatakan bahwa ikan mengandung tinggi omega-3 dibanding jenis protein hewani lainnya. Sumber omega-3 ini merupakan jenis asam lemak baik yang dibutuhkan tubuh dan menjaga peredaran darah tetap lancar. Namun, zat-zat gizi penting pada ikan ini bisa terkikis bila pengolahannya salah.

Ilustrasi minyak ikan.

Photo :
  • Pixabay/publicdomainpictures
Olahraga Ini Ampuh Bakar Lemak Opor dan Rendang, Bye-bye Perut Buncit!

"Pertama goreng tidak terlalu lama dan itu juga kalau terlalu matang nggak enak juga. Jangan sampai asap mengebul dari minyak," kata Prof Hardin, ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.

Prof Hardin mengatakan bahwa menggoreng berbagai jenis lauk, termasuk ikan, sebaiknya sebatas 100-120 derajat celcius. Apabila asap sudah mengebul di atas penggorengan, artinya suhu sudah mencapai 180 derajat atau bahkan lebih.

Bantah Aturan Makan 3 Kali Sehari, Zaidul Akbar: Di Kitab Gizi Manapun Tidak Ada Anjuran Itu

"Jangan berulang-ulang, habis goreng, sisa, dipakai goreng lagi. Makanya, kalau mau makan sesuai kebutuhan aja. Jangan masak sekaligus untuk berhari-hari. Minyaknya itu sebaiknya sekali pakai, sebaiknya satu kali pakai. Untuk vitamin A bisa dua kali pakai, bicara lemak baik, makanya satu kali pakai. Cara goreng, jangan berlimpah minyaknya," terangnya.

Ilustrasi minyak goreng/menggoreng/memasak.

Photo :
  • Freepik/jcomp

Selain digoreng, Prof Hardinsyah menuturkan agar pengolahan pangan bisa dilakukan dengan cara tradisional yang minim minyak seperti dipepes. Cara lainnya yang bisa dicoba adalah dengan dibakar namun hindari bagian yang terbakar hingga hitam agar tidak menjadi sumber karsinogen.

"Tradisional pepes diminati. Di sulawesi ada ikan dibuat otak-otak, diolah lagi kan itu. Bisa juga jadi perkedel ikan. Udah kecampur di dalam kentang. Kalau dibakar bagus tapi kalau ini khawatir susah. Asal tidak sampai gosong  ada bintik-bintik hitam, aman.

Ikan segar

Photo :
  • Pixabay/ JohnAdamSj

Bicara jenis ikan, masih banyak anggapan bahwa kandungan omega-3 ini dimiliki oleh ikan tertentu saja, salah satunya salmon. Pada penelitian awal, ikan salmon memang terbukti mengandung omeg-3 yang tinggi. Namun seiring berjalannya waktu, penelitian kian berkembang di mana ikan lokal dengan harga terjangkau pun memiliki kandungan omega-3 yang baik.

"Bicara itu omega-3 itu, kalau pengetahuan tradisional, ikan laut dalam di Eropa, salmon, memang tinggi omega-3. Tapi sekarang sudah banyak penelitian lain seperti ikan tuna, ikan kembung, ikan sarden, tinggi omega 3," kata Prof Hardinsyah.

Omega-3 ini merupakan sumber asam lemak yang dibutuhkan tubuh agar peredaran darah tetap lancar dengan fungsi lemak 'baik' yang mencegahnya mengental. Dengan kondisi peredaran darah yang baik, maka risiko berbagai penyakit dapat dicegah.

Selain itu, Omega-3 terbukti bermanfaat untuk perkembangan otak janin apabila sang ibu rutin mengonsumsi ikan semasa kehamilannya. Serta bagi orang dewasa, omega-3 dalam ikan ini sangat berkhasiat dalam mencegah gangguan saraf.

"Penting untuk ibu hamil karena otak dibentuk dari kehamilan sampai usia balita. Bahkan di remaja, pentingnya itu untuk perkembangan otak. Di lansia, bagaimana supaya fungsi saraf tidak sebabkan depresi dan berisiko alzheimer. Di samping itu, aliran darah bagus, untuk fungsi otak dan cegah risiko penyakit," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya