Cuaca Ekstrem Bahaya Buat Anak, IDAI Sarankan Sekolah Kurangi Jam Belajar atau Libur Sementara

ilustrasi anak sekolah
Sumber :
  • Adi Suparman

VIVA Parenting – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti kegiatan di sekolah yang dilakukan di tengah cuaca ekstrem di Indonesia saat ini. Hal ini memengaruhi kondisi kesehatan para siswa saat perubahan cuaca terjadi dan cenderung ekstrem seperti terlalu panas atau dingin.

Tantrum Anak Bukan Hal Seram! Ini Rahasia Mengatasinya dengan Bijak

“Perubahan iklim jelas bisa mengganggu sistem dan aktivitas pembelajaran, ini perlu diperhatikan," ujar Ketua Satgas Bencana IDAI dr. Kurniawan Taufiq Khadafi dalam Webinar, Selasa 2 Mei 2023. Scroll untuk info selengkapnya.

Dokter Taufiq menambahkan bahwa perubahan cuaca tak hanya memicu suhu yang terjadi di Indonesia, melainkan juga iklim yang ekstrem. Kondisi tersebut seperti curah hujan meningkat atau sinar matahari yang begitu menyengat hingga berdampak pada kesehatan tubuh yang menurun drastis. Maka, cuaca ekstrem itu seharusnya jadi acuan pihak sekolah memungkinkan durasi belajar menjadi lebih sedikit atau mungkin diliburkan sementara.

10 Kampus Bisnis Terbaik Dunia Tahun 2024

Bukan tanpa alasan, cuaca ekstrem tersebut dapat memicu dehidrasi pada tubuh anak-anak yang terpapar perubahan suhu tersebut. Meski cuaca di Indonesia tak seekstrem di India hingga mengakibatkan kematian, namun IDAI mengimbau setidaknya kegiatan anak di luar ruangan di sekolah dapat diminimalisir.

Mengasah Keterampilan Berpikir Siswa Lewat Sustainable Innovation Fair

"Heatstroke itu saking panasnya, dia bisa pingsan. Untuk mengantisipasi itu pada anak-anak, kita harus sarankan mereka lebih banyak dan sering minum apalagi di cuaca seperti ini,” ujarnya.

Mata pelajaran seperti olahraga cenderung mengharuskan kegiatan di luar ruangan sehingga anak cenderung lebih rentan dehidrasi. Maka, dianjurkan dapat melakukan kegiatan olahraga di dalam ruangan agar menghindari kondisi heatstroke.

Sebab, suhu tubuh anak yang panas dan kekurangan cairan tubuh dapat memicu kejadian dehidrasi berat. Ketika kedua kondisi itu terjadi dan cenderung diabaikan, maka sengatan dari cuaca yang sangat panas membuat kesehatan anak rentan terjadi bahaya lainnya.

Sementara saat cuaca ekstrem cenderung berubah sangat dingin, anak berisiko alami hipotermia. Kejadian itu rentan terjadi pada anak yang berusia lebih kecil seperti yang duduk di bangku PAUD dan TK. Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso pun mengimbau agar para guru memerhatikan kondisi anak-anak selama di sekolah.

Ilustrasi heatstroke/cuaca panas.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com

Piprim menilai bahwa perubahan iklim itu terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Perubahan ini cenderung semakin terasa usai libur Lebaran 2023 ini. Maka, anak-anak usia 0 sampai 18 tahun yang lebih rentan pada dampak kesehatannya dapat diantisipasi dengan memperbanyak aktivitas di dalam ruangan serta memenuhi kebutuhan cairannya.

“Masalah perubahan iklim ini akan berbeda di tiap negara, yang empat musim dengan negara dua musim tentu saja berbeda. Tetapi pada prinsipnya anak adalah kelompok rentan, yang harus dilindungi, dan karakter anak adalah tumbuh juga berkembang. Perubahan iklim tidak boleh menghalangi mereka untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya