Tanda Bahaya Obesitas pada Anak

Arya, bocah obesitas, saat menjalani perawatan di Bandung beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Obesitas kini tak lagi menjadi masalah kesehatan yang mengancam orang dewasa. Namun, kini obesitas justru banyak dialami pada anak-anak. Bahkan, diperkirakan pada 2020, 60 juta populasi anak di dunia akan mengalami obesitas.

Termasuk Polusi Udara, Ini 10 Penyebab Penyakit Jantung yang Perlu Diketahui

Dokter spesialis anak, dr. Marlyn C. Malonda, SpA mengatakan, obesitas bisa menimbulkan gejala fisik seperti tungkai kaki mengalami gangguan, karena menahan beban yang saking beratnya, sehingga kekuatan tulang tidak sesuai dengan bobot tubuh. Hal ini, berisiko membuat kaki membentuk huruf 'X'.

"Genitalia pada anak obesitas juga akan tampak kecil. Jika diperhatikan, pada anak, atau orang dewasa yang obesitas pasti pada tengkuk ada kehitaman yang disebut dengan akantosis negricans. Tak hanya di leher, tetapi juga pada daerah lipatan lain seperti ketiak dan selangkangan," kata Marlyn kepada VIVA.co.id.

7 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula untuk Kesehatan, Bisa Turunkan Obesitas

Selain itu, pada tenggorokan ada pembesaran tonsil amandel, sehingga jalan napas tersumbat dan anak mengorok saat tidur. Dinding dada, karena kegemukan, akan menekan paru-paru dan menimbulkan bunyi mengi.

Bunyi mengi ini berkorelasi dengan asma, atau bisa juga menyebabkan anak intoleransi latihan fisik. Misalnya, untuk berjalan biasa saja anak sudah bisa kehabisan napas dan menimbulkan bunyi mengi saat napas.

85 Persen Ibu Pilih Beri Susu Formula Ketimbang ASI, Ahli Ungkap Dampaknya

Obesitas juga bisa menimbulkan mikropenis yang memengaruhi sistem reproduskinya.

"Kalau diperiksa, ditarik ke dalam, ukuran penis bisa lebih panjang. Tetapi, saking beratnya perut dan bergelantung membuat penis mengecil," ujar Marlyn.

Bagian bawah tubuhnya, terutama kaki, juga mengalami abnormalitas. Gerakan panggulnya terbatas, sehingga membuat jalannya mengangkang dan tidak bisa lincah.

Untuk menghindari kondisi itu, Marlyn menyarankan, sebaiknya tingkatkan asupa serat dari sayuran. Jika makan, sepertiga piring diisi dengan sayuran warna hijau. Konsumsi buah juga yang beragam warna.

Konsumsi nasi putih, juga sebaiknya diganti dengan nasi merah dengan protein sehat dari ikan dan ayam. Serta minum air putih 2-3 liter per hari.

"Lama makan sebaiknya 30 menit dan tidak boleh memaksa anak konsumsi makanan tertentu. Yang terpenting motivasi anak dan usahakan saat menonton televisi tidak makan serta olahraga 60 menit dengan intensitas sedang," saran Marlyn. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya