Bahaya Mengerikan Sebar Video Bullying di Dunia Maya

Ilustrasi anak yang mengalami bullying.
Sumber :
  • Pisabay/ anemone123

VIVA.co.id – Beberapa waktu lalu, kasus perundungan atau bully, ramai diperbincangkan akibat viralnya kasus tersebut lewat video di dunia maya. Nyatanya, menyebarluaskan video perundungan, malah memicu dampak berbahaya bagi korban, pelaku, dan masyarakat lain.

Marak Kejadian Perundungan, Kemenkes Lakukan Skrining Kesehatan Jiwa Pada Calon Dokter Spesialis

Dituturkan Spesialis Komunikasi dan Media, Laras Sekarasih, Ph.D., kasus perundungan yang terjadi beberapa waktu lalu, bisa berdampak buruk pada khalayak ramai. Video perundungan tersebut, menjadi viral akibat disebarluaskan di media sosial.

"Salah satu penanganan pada pencegahan perundungan di media sosial yaitu dengan tidak menyebarkan video perundungan itu di WhatsApp dan media sosial lain. Dengan menyebarkannya, kita secara tidak langsung ikut merundung korban," ujar Laras, kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu.

Mengejutkan! Banyak Calon Dokter Spesialis Alami Depresi, Kemenkes Ungkap Penyebabnya

Tidak hanya itu, menyebarkan video perundungan, bisa dinilai sebagai bentuk bully pada kelompok yang sama, sesuai usia si korban. Jika korban masih masuk kelompok anak-anak, maka secara tidak langsung, kita ikut merundung mereka.

"Mungkin maksudnya ingin memberitakan ke masyarakat, tapi itu malah masuk ke perilaku merundung anak-anak. Bisa membuat korban malu, pelaku jadi depresi, atau membuat masyarakat melakukan perilaku perundungan itu," kata dia.

Skandal Baru! Aktris Money Heist Korea Jeon Jong Seo Dituding Terlibat Bullying

Oleh sebab itu, Laras meluruskan, agar video perundungan tidak lagi diviralkan. Melainkan, segera dilaporkan ke pihak yang berwajib agar segera ditangani.

"Sebaiknya, langsung laporkan ke sekolah atau institusi yang bersangkutan atau ke Kemdikbud. Hal ini agar masalahnya jelas dan segera ditangani," ucapnya..

Ilustrasi dokter.

Gelapnya Dunia Pendidikan: Perundungan Mengancam Kesehatan Mental Calon Dokter Spesialis

Baru-baru ini muncul data yang menunjukkan bahwa ada 2.716 calon dokter spesialis yang didiagnosa mengalami depresi.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024