Modus Pedofil Wisman Incar Anak di Kawasan Wisata Indonesia

CLAN menunggu respons pemerintah Australia atas laporan kekerasan seksual anak
Sumber :
  • AAP/Lukas Coch/via REUTERS

VIVA – Masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia bukan hanya memberikan pemasukan bagi devisa negara, tapi juga memiliki dampak negatif terutama di bidang perlindungan anak.

Tragedi Penganiayaan Anak Selebgram: Waspada! Ini 5 Cara Lindungi Anak dari Kekerasan

ECPAT (END Child Prostitution, Child Pornography & Trafficking Of Children For Sexual Purposes) menemukan bahwa di Indonesia kasus terkait dengan kekerasan dan eskploitasi seksual anak rawan terjadi di daerah wisata, salah satunya tindakan pedofilia.

Tak hanya itu, fakta mengerikan yang ditemukan ECPAT, ternyata para pelaku diketahui memiliki strategi cukup kuat, matang dan terorgansir untuk bisa melakukan aksinya itu. 

Marah ke Anak, Lantas Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Koordinator ECPAT Indonesia, Ahmad Sofian, menyebut misalnya di Bali, para pelaku kemudian memilih tinggal berlama-lama di salah satu desa wisata. Ini dilakukan agar mereka bisa berinteraksi dengan masyarakat setempat yang bertujuan untuk membangun kepercayaan dengan masyarakat tersebut. Begitu hubungan itu terjalin mereka pun langsung melakukan aksinya. 

"Setelah terbangun mereka mulai berinteraksi dengan anaknya datang ke rumah bawa makanan dan pada akhirnya ketika sudah terbangun mereka akan bisa bawa anak-anak itu ke tempat mereka menginap," ungkapnya kepada VIVA di Jakarta.

Polisi Gerebek Panti Asuhan di Medan, Diduga Eksploitasi Anak di Tiktok

Salah satu kasus temuan ECPAT terkait anak usia 14-16 tahun. Keduanya diketahui dibawa berlibur oleh wisatawan asal Belanda yang berusia 75 tahun ke Bangkok dan Thailand. Tak tanggung-tanggung wisatawan paruh baya yang diketahui berprofesi sebagai wirausaha di Filipina itu membiayai seluruh biaya paspor kedua anak tersebut. 

Sofian pun menyebut, pria itu bisa membawa kedua anak remaja itu karena memang sudah ada kepercayaan yang terbentuk karena interaksi yang dibangunnya.

Dia pun menceritakan bahwa ketika kedua anak itu sulit untuk dimintai keterangan mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan selama berlibur di Bangkok.

"Anak itu sangat tertutup, dia enggak cerita dia ngapain aja sama wisatawan itu, dari situ diketahui bahwa doktrin dari pedofil kuat sehingga anak itu tidak mau menceritakannya," jelasnya.

Tak hanya itu, modus lainnya yang dilakukan oleh wisatawan asing dengan anak-anak di Bali.

"Ada vila punya kolam renang anak-anak dibawa ke kolam renang difoto diberi es krim," jelasnya. 

Lebih lanjut, tak hanya di Bali para wisatawan ini juga menjamah kawasan Lombok. Dia menuturkan perlakuan yang diberikan untuk menarik perhatian anak-anak pun dilakukan dengan cara mendirikan yayasan beasiswa untuk anak laki-laki.

"Kalau di lombok buat yayasan beasiswa kepada anak kurang mampu, dia interaksi buat yayasan untuk bantuan pendidikan anak laki-laki tingkat religius tinggi dan anak perempuan susah untuk didekati, masyarakat jadi enggak ragu," ujarnya.
 
Dia pun menyebut, salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat di kawasan wisata agar terhindar dari kasus tersebut adalah dengan melarang anak-anak mereka berada di kawasan destinasi wisata tanpa pengawasan orangtua.

"Kalau di kita bebas dan bisa berkomunikasi dengan wisman. Semua anak-anaknya bebas berkeliaran di lokasi itu tanpa diawasi orangtua," ujarnya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya