Anak Korban Perundungan Berisiko Tinggi Bunuh Diri

Ilustrasi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Sebuah studi di Kanada menemukan, remaja yang pernah mengalami perundungan parah oleh teman sebayanya saat masih kecil, kemungkinan besar akan menderita depresi, kecemasan, dan pikiran untuk bunuh diri, dibandingkan remaja yang tidak pernah menjadi korban perundungan.

Kasus Bullying SMA Binus BSD, Anak Vincent dan Pelaku Lainnya Dikenakan Wajib Lapor

Para peneliti melihat data pada 1.363 anak yang disurvei mengenai korban perundungan teman sebaya dari usia 6-13 tahun. Semua anak dalam studi lahir di Quebec pada tahun 1997 dan 1998. Kemudian memonitor segala masalah kesehatan mental hingga usia 15 tahun. 

Sebagian besar partisipan mengalami sedikit atau tidak sama sekali perundungan. Sekitar 26 persen melaporkan beberapa tindakan perundungan, dan hampir 15 persen mengatakan mengalami perundungan parah dan lama.

Perilaku Orang Tua Berdampak Anak Melakukan Bullying di Sekolah, Begini Kata Psikolog

Studi itu menemukan dibandingkan dengan para remaja, yang mengalami sedikit atau tidak sama sekali perundungan saat anak-anak, remaja yang mengalami siksaan kronis oleh teman-temannya berisiko dua kali lebih besar mengalami depresi, dan lebih dari tiga kali berisiko mengalami kecemasan atau berpikir serius untuk bunuh diri.

"Kami menemukan bahwa paparan perundungan oleh teman menurun di usia akhir anak-anak," kata ketua penelitian Marie-Claude Geoffroy, peneliti psikiatri di McGill University di Montreal, Amerika Serikat, seperti dikutip laman Reuters.

Orang Tua Wajib Tahu, Ini Ciri-ciri Anak Jadi Korban Bullying

Namun, Geoffroy melanjutkan, 15 persen remaja yang terkena perundungan pada tingkat paling parah, ketika mereka masuk taman kanak-kanak, masih terpapar tingkat perundungan yang paling parah juga di sekolah menengah atas.

Para peneliti menilai perundungan teman sebaya berdasarkan pada kuisioner yang diisi anak-anak untuk memperinci kekerasan fisik dan verbal, begitu juga dengan perundungan daring. Survei ini, yang diselesaikan di paruh kedua tahun pendidikan, menanyakan anak-anak seberapa sering mereka mengalami perundungan sejak dimulainya sekolah.

Di usia 15, para peneliti menanyakan pada remaja-remaja ini frekuensi depresi, kecemasan, dan masalah sosial, isu yang muncul atau tantangan perilaku dalam 12 bulan sebelumnya.

Para peneliti di CMAJ melaporkan, secara keseluruhan sekitar tujuh persen dari remaja yang terpapar sedikit atau tidak sama sekali perundungan saat anak-anak, mengalami depresi dibandingkan dengan hampir 18 persen remaja yang mengalami perundungan parah oleh teman-temannya.

Di waktu yang sama, tujuh persen remaja dengan sedikit atau tidak sama sekali perundungan mengalami kecemasan umum, dibandingkan dengan 20 persen remaja yang sering mengalami perundungan oleh teman-temannya. Remaja yang mengalami perundungan kronis saat anak-anak juga kemungkinan besar mengalami kecemasan sosial, gangguan makan, dan memiliki masalah prilaku.

Sekitar 3 persen remaja yang terkena perundungan sedikit memiliki pemikiran bunuh diri, dibandingkan 13 persen remaja yang mengalami perundungan secara terus menerus saat masa pertumbuhannya.

Bonni Leadbeater, psikolog peneliti di University of Victoria mengatakan, hasil penelitian ini menekankan pentingnya keterlibatan guru, orangtua, dan orang dewasa lainnya dalam kehidupan anak-anak untuk mengintervensi lebih dini, untuk menghentikan kejadian perundungan menjadi masalah rutin.

Sementara Dr Matthew Davis dari Ann & Robert Lurie Children Hospital mengatakan, orangtua harus menanyakan anak-anak mengenai perundungan dan membuat mereka tahu bahwa, jika mereka mengalami hal ini, mereka tidak sendirian.

"Jika anak Anda menjadi korban, fokus pada membangun harga dirinya, untuk membantu menumbuhkan kepercayaan diri meskipun mengalami perundungan," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya