- VIVA.co.id/Adi Suparman (20-7-17)
VIVA – Perubahan generasi diikuti dengan perilaku dalam menentukan pilihan pekerjaan. Mereka yang disebut generasi milenial atau yang lahir di tahun 1980 hingga 2000 pun memiliki pemikiran berbeda untuk urusan pekerjaan dengan generasi sebelumnya (generasi X).
Jika dulunya generasi X memilih bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, ternyata profesi tersebut juga masih menjadi incaran kaum milenial.
Bedanya, jika generasi X memilih PNS dengan alasan kehidupan mereka akan terjamin di usia tua. Sedangkan alasan generasi milenial memilih bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil karena ada sosok panutannya seperti Ridwan Kamil hingga Tri Rismaharini.
"Masih, cuma sekarang konteksnya berubah. Kalau ditanya kenapa mau jadi PNS, soalnya lihat Kang Emil keren, saya senang tapi bukan mikirin pensiunnya. Bu Risma. Banyak mau jadi PNS karena pemimpinnya keren itu sekarang cukup merata," kata Creative Entrepeneur dan Penulis Buku, Yoris Sebastian saat ditemui di Kantor Shopee, SCBD Jakarta, Rabu, 18 Juli 2018.
Bukan hanya PNS, pekerjaan di sektor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga menjadi salah satu incaran generasi milenial. Salah satu alasannya adalah tawaran posisi yang menarik.
"Ada milenial terbaik di Indonesia dijanjikan fresh graduate itu dalam waktu 13 tahun, kalau diikutin programnya akan dijadikan SPV atau setingkat direksi itu lebih cepat dibanding management trainee, itu salah satu cara menggaet milenial," kata dia.
Bukan hanya pekerjaan yang berada di bawah institusi pemerintah, generasi milenial juga kini mulai melirik untuk bekerja di perusahaan start up.
"Sekarang kalau ditanya, mau start up. Tapi kadang-kadang sama saja seperti anak era dulu, pengen jadi PNS dengan alasan menjamin hari tua. Kalau ini sudah ngayal, belum kerja, belum bikin aplikasi berdampak, tapi ingin kaya," tutur Yoris.
Dia menyarankan, kalau memang milenial ingin membuat start up ada baiknya membuatnya dalam skala kecil dahulu di lingkungan terdekat. Jika sudah mendapat provit yang besar bisa mencari investor untuk membuat start up dengan skala besar.
"Jadi jangan belum bikin tapi malah ngayal duluan. Berkarya dulu buat berdampak," ujarnya. (ase)