Aksi Teroris Berpotensi Kurangi Wisatawan ke Indonesia

Wisatawan berwisata di kawasan Pantai Kuta, Badung, Bali
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

VIVA – Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan, maraknya aksi terorisme di Indonesia, yang kini tengah terjadi, berpotensi mengganggu pariwisata nasional. Jumlah wisatawan mancanegara atau wisman yang datang ke Indonesia diperkirakan akan berkurang, seperti yang terjadi saat erupsi Gunung Agung di Bali pada 2017.

Soal Cincin di Jari Manis dan Dilamar di Bali, Ini Kata Syifa Hadju

Dia mengatakan, ketika erupsi Gunung Agung terjadi pengurangan jumlah wisman hingga satu juta orang dalam setahun. Namun begitu, untuk saat ini dia belum bisa menghitung maupun memprediksi secara pasti potensi pengurangan wisman akibat tindakan terorisme tersebut.

"Kalau Bali waktu itu satu juta setahun. Bisa jadi seperti tahun lalu," ucap Arief saat ditemui di kantor Menko Perekonomian di Jakarta, Jakarta, Rabu 16 Mei 2018.

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

Arief juga mengungkapkan sejumlah negara telah mengeluarkan travel advisory atau imbauan perjalanan kepada warga negaranya yang berada dan bepergian di Indonesia. Ia menjelaskan, travel advisory, travel warning, maupun travel alert merupakan tiga peringatan yang dikeluarkan oleh suatu negara kepada masyarakatnya bila ingin mengunjungi suatu negara yang dianggap sedang melanda masalah.

Menurutnya status travel advisory saat ini tidak terlalu buruk bagi wisman ke Indonesia. Karena sifatnya masih berupa imbauan perjalanan di suatu daerah untuk waspada, bukan melarang bepergian. 

72 Narapidana Terorisme Ucapkan Ikrar Setia NKRI

"Nah, sekarang masih travel advisory. Diharapkan, kondisinya lebih bisa teratasi. Umumnya begitu, kalau sudah teratasi statusnya dicabut," ucapnya. 

Hingga saat ini, Arief mengatakan, sudah ada 12 negara yang mengumumkan travel advisory kepada warganya untuk Indonesia, diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Australia, Singapura, Malaysia, maupun Hong Kong.

Selain itu, Arief juga mengatakan, dengan adanya status travel advisory tersebut, maka pemerintah diharuskan memberikan pengamanan ekstra untuk sektor-sektor pariwisata. Seperti hotel hingga objek-objek yang menjadi tujuan wisman.

"Kita harus mengumumkan, kayak di Riau (aksi terorisme) kita juga harus mengumumkan kepada wisatawan. Itu memang kewajiban Kementerian Pariwisata di seluruh dunia mengumumkan apapun yang terjadi di negaranya. Dan di hotel tingkat pengamanannya juga kita tingkatkan," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya