Pasar Papringan yang Tengah Hit di Kalangan Wisatawan

Pasar Papringan di Dusun Ngadiprono, Kabupaten Temanggung
Sumber :
  • Instagram

VIVA – Jika menyebut kata pasar, mungkin pikiran masyarakat akan terbawa pada suasana yang kumuh, pengap dan bau. Namun, pemikiran itu seketika akan berubah jika Anda mengunjungi Pasar Papringan yang berada di Dusun Ngadiprono, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Mudik Diperbolehkan, Semarang Tawarkan Wisata Kumpul Kebo

Pasar ini belakangan begitu populer di kalangan para wisatawan, bukan untuk berbelanja melainkan sebagai spot foto. Hal ini tidak lain karena, lokasinya yang berada di area pepohonan bambu yang instagramable.

Fransisca Callista, dari LSM Spedagi, sebuah kelompok yang bergerak di bidang revitalisasi desa, menyebut penciptaan pasar ini salah satunya dilatarbelakangi dampak urbanisasi. Banyak pemuda desa memilih pindah ke kota untuk mencari pekerjaan.

Sebelum Berangkat, Ini 10 Tips Bertualang ke Curug Lawe

"Berpindahnya warga desa ke kota adalah masalah utama. Bagaimana caranya menciptakan upaya kreatif biar anak mudanya tinggal di desa dan berkarya di desa, makanya harus melakukan upaya kreatif," kata dia dalam acara buka puasa bersama forum wartawan pariwisata di Bunga Rampai Jakarta Pusat.

Mengenal Destinasi Wisata Jawa Tengah Lewat Miniatur di Ibu Kota

Dia melanjutkan, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengenali potensi dusun Ngadiprono dengan banyaknya pohon bambu.

"Kita tahu bahwa bambu itu keren, teduh. Papringan ini kebun bambu yang ditinggalkan dan jadi tempat pembuangan sampah. Maka dari itu, Spedagi menggarap kebun bambu Papringan, dengan tujuan untuk konservasi," kata dia.

Tidak hanya itu, dengan kehadiran pasar ini pihaknya berharap agar warga desa bisa kembali bangga dengan apa yang mereka miliki, dan bahkan kepercayaan dirinya bisa bangkit lagi.

"Desa ini memiliki potensi yang sangat keren. Awalnya sebagai tempat pembuangan sampah kebun bambu, sekarang jadi pasar di bawah pohon bambu, menjadi wilayah konservasi. Menginspirasi banyak kegiatan menjadi pelopor kebangkitan pasar-pasar lainnya," ujar dia.

Di sisi lain yang unik dari pasar ini adalah, operasional pasar yang hanya dibuka pada Minggu Wage dan Minggu Pon, atau dua kali selama 35 hari. Sejak pukul 06.00 hingga 12.00

"Jadwal buka ini pun berdasarkan filosofi penanggalan masyarakat Jawa," ujarnya.  

Di sela jadwal itu, kata dia, pihaknya mengadakan pengayaan, pelatihan, demi menjaga kualitas pasar para pedagang, yang 100 persen merupakan warga lokal.

"Kegiatan ini untuk meningkatkan kepercayaan diri warga. Enggak cuma jadi penonton, tapi pelaku," ucapnya. 

Dia menambahkan, pasar ini pun menjadi etalase produk kuliner. Kuliner yang ditawarkan pun tidak pakai pewarna dan pemanis buatan, daging ayam yang digunakan pun ayam kampung, bukan ayam negeri. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya