Menyusuri Mangrove Wonorejo yang Penuh Legenda

Ekowisata Mangorove Wonorejo Rungkut Surabaya.
Sumber :
  • VIVA/Isra Berlian

VIVA – Surabaya menjadi salah satu destinasi wisata yang tidak boleh dilewatkan. Kota ini pun memiliki segudang destinasi menarik mulai dari sejarah hingga alam. Belakangan ini beberapa destinasi wisata yang populer adalah wisata menyusuri hutan mangrove.

Bank Sumut Promosikan Pariwisata Danau Toba Melalui Pertemuan BPD se-Indonesia

Kamis, 9 Agustus 2018, VIVA bersama Bioderma sempat mengunjungi Ekowisata Mangorove Wonorejo Rungkut Surabaya. Lokasi Ekowisata Mangrove Wonorejo ini berada di sepanjang kali Jagir yang merupakan anak dari Sungai Brantas, Jawa Timur. Terletak sekitar kurang lebih setegah jam dari bandara, ekowisata ini menyimpan beragam cerita menarik.

Kali ini biasa disebut sebagai Kali Londo oleh masyarakat sekitar. Nama Kali Londo ini sendiri diambil dari sejarah penjajah Belanda masuk pertama kali di Surabaya.

Sosok 'Jenderal Pembangkang' pada Masa Rezim Soeharto, Kini Raih Pangkat Bintang 5

"Dulu kapalnya orang Belanda ini masuk ke sini. Ada bukti kapal Belanda, kerangka kapalnya di ujung kali apung sekitar lima kilometer dari Dermaga 1," kata Yani, salah satu pemandu kapal Wonorejo, kepada VIVA.

Tidak hanya itu, di tempat ini pun konon katanya pernah disinggahi oleh buaya putih dan cukup jinak. Yani mengatakan, banyak legenda di daerah itu menyebutkan bahwa buaya itu sangatlah baik, dan bahkan tidak menggigit jika disentuh.

Kemungkinan yang Bakal Terjadi Kalau Indonesia tak Dijajah

"Buayanya jarang kelihatan, kalau kita suruh pergi buaya itu pergi. Bisa dipegang, enggak digigit kalau kita baik, buaya baik. Kalau pukul bisa beda lagi," jelas dia.

Perahu kami pun melaju sejauh tiga kilometer hingga di hilir sungai ini. Sepanjang tiga kilometer itu pun bangau putih hingga burung goak sering berterbangan di atas kapal kami. Maklum saja di sepanjang sungai ini terdapat banyak ikan terutama saat air sedang surut. Bahkan ikan sembilang dan kakap pun bisa ditemukan.

Sayangnya, di saat kami menyusuri kali tersebut beberapa sampah pun terlihat banyak. Maklum kata Yani, sebab di tempat tersebut belum ada pengelolaan sampah.

"Di ujung (muara) banyak sampah, ada jaring untuk nahan sampah sudah kayak waduk. Apalagi kalau musim hujan," jelas dia.

Dia pun menyarankan mengunjungi tempat ini dengan pemandangan terbaik pada saat air pasang. Atau mulai sekitar pukul 06.00 hingga 10.00 WIB.

Untuk melakukan susur hutan mangrove, Anda cukup membayar biaya sebesar Rp25 ribu untuk dewasa dan Rp15 ribu untuk anak-anak. Harga ini sendiri termasuk tiket pulang pergi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya