Milenial Lebih Suka Traveling Pakai Aplikasi Jalan-jalan

Ilustrasi mindfulness dan Traveling bersama teman
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Generasi milenial diprediksi akan mendominasi populasi dunia dengan angkanya yang terus bertambah. Pada tahun 2030, diproyeksikan kalau 57 persen penduduk dunia berusia 15-34 tahun atau kelompok usia yang termasuk dalam generasi milenial.

Ada Kabar Baik Buat Milenial dan Gen Z yang Doyan Belanja dan Peduli Penampilan

Besarnya jumlah generasi yang akrab dengan dunia digital, juga memengaruhi perubahan dalam banyak hal. Salah satunya kebiasaan dalam bepergian atau traveling.

Menurut Deputi Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI Rizki Handayani, para milenial travelers ini mempunyai kesenangan berpetualang.

Survei Ungkap Ketahanan Finansial Milenial Indonesia Tertinggi Se Asia, Ada Tapinya

"Mereka lebih suka menggunakan jasa-jasa perjalanan wisata yang berbasis aplikasi, bukan lagi konvensional," ujar Rizki saat pembukaan Forum Group Discussion Millenial Tourism 'Millenials & Disruption, Tantangan Model Bisnis' di JW Marriott Hotel, Jakarta, Kamis 18 Oktober 2018.

Asisten Deputi Manajemen Strategis Kemenpar, Frans Teguh menambahkan, kaum milenial sebagai pemeran utama dalam menggunakan teknologi dan mengakses informasi di dunia maya. Dibanding dengan generasi sebelumnya yang menyenangi aktivitas rutin yang sudah jelas, generasi milenial gemar berwisata dan berpetualang.

Program Petani Milenial Kaltim Diluncurkan untuk Ketahanan Pangan IKN

Pola perubahan perjalanan inilah yang menjadi tantangan baru bagi pelaku bisnis pariwisata Tanah Air untuk menyesuaikan dengan tuntutan pasar. 

Untuk mengantisipasi hal ini, Kemenpar menggelar FGD Millenial Tourism yang membahas mengenai apa itu millenial tourism, bagaimana tren milenial dan ekonomi digital pariwisata, serta faktor apa saja yang menjadi kunci sukses dalam menghadapi model bisnis di era digital atau milllenial tourism.

FGD millenial tourism ini juga melibatkan unsur pentahelix pariwisata yakni akademisi, industri, komunitas, pemerintah, dan media.

"Perubahan pola perjalanan ini menjadi salah satu pemikiran kami bersama perguruan tinggi negeri pariwisata me-review kurikulum dari sekolah pariwisata, apakah masih sesuai dengan kondisi sekarang," kata Rizki.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya